Monisme
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri,
tunggal) secara istilah monisme adalah suatu paham yang berpendapat
bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah unsur yang bersifat
tunggal/ Esa. Unsur dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah,
energi dll. Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi
kaum idealis unsur itu roh atau ide. Orang yang mula-mula menggunakan
terminologi monisme adalah Christian Wolff (1679-1754). Dalam
aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda
dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi
yang sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi
hanya merupakan bentuk lain dari zat.Atau dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.
Adapun para
filsuf yang menjadi tokoh dalam aliran ini antara lain: Thales (625-545
SM), yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu subtansi
yaitu air. Pendapat ini yang disimpulkan oleh Aristoteles (384-322 SM) ,
yang mengatakan bahwa semuanya itu air. Air yang cair itu merupakan
pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-galanya. Semua barang
terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula. Bahkan bumi yang
menjadi tempat tinggal manusia di dunia, sebagaian besar terdiri dari
air yang terbentang luas di lautan dan di sungai-sungai. Bahkan dalam
diri manusiapun, menurut dr Sagiran, unsur penyusunnya sebagian besar
berasal dari air. Tidak heran jika Thales, berkonklusi bahwa segala
sesuatu adalah air, karena memang semua mahluk hidup membutuhkan air dan
jika tidak ada air maka tidak ada kehidupan.
Sementara
itu Anaximandros (610-547 SM) menyatakan bahwa prinsip dasar alam
haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang disebutnya
sebagai apeiron yaitu suatu zat yang tak terhingga dan tak
terbatas dan tidak dapat dirupakan dan tidak ada persamaannya dengan
suatu apapun. Berbeda dengan gurunya Thales, Anaximandros, menyatakan
bahwa dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah
dari jenis benda alam seperti air. Karena menurutnya segala yang tampak
(benda) terasa dibatasi oleh lawannya seperti panas dibatasi oleh yang
dingin. Aperion yang dimaksud Anaximandros, oleh orang Islam
disebutnya sebagai Allah. Jadi bisa dikatakan bahwa pendapat
Anaximandros yang mengatakan bahwa terbentuknya alam dari jenis yang tak
terbatas dan tak terhitung, dibentuk oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini
pula yang dikatakan Ahmad Syadali dan Mudzakir (1997) bahwa yang
dimaksud aperion adalah Tuhan.
Anaximenes
(585-494 SM), menyatakan bahwa barang yang asal itu mestilah satu yang
ada dan tampak (yang dapat diindera). Barang yang asal itu yaitu udara.
Udara itu adalah yang satu dan tidak terhingga. Karena udara menjadi
sebab segala yang hidup. Jika tidak ada udara maka tidak ada yang hidup.
Pikiran kearah itu barang kali dipengaruhi oleh gurunya Anaximandros,
yang pernah menyatakan bahwa jiwa itu serupa dengan udara. Sebagai
kesimpulan ajaranya dikatakan bahwa sebagaimana jiwa kita yang tidak
lain dari udara, menyatukan tubuh kita. Demikian udara mengikat dunia
ini menjadi satu. Sedang filsuf moderen yang menganut aliran ini adalah B. Spinoza yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan diidentikan dengan alam (naturans naturata).
Comments
Post a Comment