Cabang Utama Filsafat
Filsafat secara umum terbagi dua yaitu : filsafat
teoritis dan filsafat praktis. Yang termasuk filsafat teoritis adalah: ontologi
(metafisika), dan epistemologi. Sedangkan aksiologi adalah filsafat praktis.
a. Ontologi
Ontologi kerap disebut
juga metafisika atau filsafat pertama.Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu on atau ontos yang berarti ada atau keberadaan dan logos
yang bermakna studi atau ilmu tentang.Karena itu, ontologi berarti ilmu tentang
ada. Dengan kata
lain, ontologi adalah cabang filsafat yang mengupas masalah ada.
Pertanyaan dasar dalam ontologi adalah apa hakekat Ada?
b. Epistemologi
Kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme(
pengetahuan , ilmu pengetahuan) dan logos (pengetahuan,
informasi). Jadi, epistemologi dapat berarti “pengetahuan tentang
pengetahuan” atau teori pengetahuan.Singkatnya, epistemologi adalh cabang
filsafat yang membahas tentang pengetahuan.Pertanyaan dasar dalam wacana
filsafat adalah apakah pengetahuan itu? Bagaimana
metode mendapatkannya? Bagaimana
membuktikan kebenaran suatu pengetahuan?
c. Aksiologi
Aksiologi berakar kata axios
(layak,pantas), dan logos (ilmu, studi mengenai). Jadi, aksiologi
adalah studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai. Karena itu, aksiologi
mempermasalahkan apakah nilai subjektif? Apakah nilai itu
kenyataan? objektifkah nilai-nilai itu? Namun, Pertanyaan dasariah aksiologi
sendiri adalah apakah yang seharusnya saya lakukan?.[1][2]
Cabang-Cabang
Filsafat
Banyak para
filsuf yang membagi filsafat ilmu menjadi berbagai cabang, seperti H. De Vos,
Prof. Albuerey Castell, Dr. M. J. Langeveld, Aristoteles, dan lain-lain. Setiap
filsuf memiliki perbedaan dalam membagi cabang-cabang filsafat ilmu. Walaupun
ada perbedaan dalam pembagiannya, namun tentu saja lebih banyak persamaanya.
Dari beberapa pandangan filsuf tersebut, sekarang filsafat memiliki beberapa
cabang, yaitu metafisika, logika, epistemologi, etika, dan estetika.[2][3]
1. Metafisika
Metafisika
adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan
sesuatu dibalik yang tampak. Metafisika tidak muncul dengan karakter sebagai
disiplin ilmu yang normatif tetapi tetap filsafat yang ditujukan terhadap
pertanyaan-pertanyaan seputar perangkat dasar kategori-kategori untuk mengklasifikasikan
dan menghubungkan aneka fenomena percobaan oleh manusia.
Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga, yaitu ontologi, kosmologi dan
antropologi.
· Ontologi (Teori Alam dan Tipe-Tipe Realitas)
Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret atau
realistis. Hakekat kenyataan atau realitas bisa didekati ontologi dengan dua macam
sudut pandang, yaitu kuantitatif (menanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau
jamak?) dan kualitatif (menanyakan apakah kenyataan/realitas tersebut memiliki
kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga
mawar yang berbau harum). Adapun teori Ontologi utama meliputi:
1. Materialisme à Objek-objek fisik yang ada mengisi ruang angkasa dan tidak ada yang
lainnya. Semua sifat fisik alami tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri.
2. Idealisme à Hanya pikiran/berpikir, spirit,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan berpikir yang benar-benar nyata
(konkret).
3. Dualisme à Keberadaan berpikir/pikiran dan material adalah nyata dan keduanya tidak
saling mengurangi satu dengan yang lain.
·
Kosmologi (Teori Umum Proses Realitas)
Kosmologi berkepentingan terhadap cara berbagai benda dan peristiwa yang
satu mengikuti cara berbagai benda dan peristiwa lain menurut perubahan waktu
(satu benda ditentukan oleh benda lainnya). Satu benda atau peristiwa
ditentukan oleh sebab sebelumnya dan tidak dapat dibalik. Determinan-determinan
dari peristiwa alam yang dianggap beroperasi dengan cara terakhir tersebut
dinamakan Aristoteles sebagai “sebab-sebab final” à final causes à dikenal sebagai antecedent
causes.
Determinisme merupakan pandangan tentang apapun yang terjadi
bersifat universal, tanpa kecuali, dan secara lengkap ditentukan oleh
sebab-sebab sebelumnya. Bila pandangan ini digabung dengan konsepsi
materialisme, yaitu semua proses adalah fisik secara ekslusif, maka pandangan deterministik
ini dinamakan mekanisme. Deterministik diakui dunia pendidikan internasional
sebagai pendekatan yang powerful.
Selain pandangan determinisme, kita perlu mengenal pandangan lain, yaitu
teleologi. Teleologi adalah proses yang dianggap ditentukan oleh aneka pengaruh
atau sebab akhir (influenced by ends).
·
Antropologi
Adalah ilmu yang
menyelidiki tentang manusia yang berkaitan dengan pertanyaan pertanyaan tentang
hakikat manusia dan pentingnya dalam alam semesta.
2. Logika
Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran
kita. Logika membahas tentang prinsip-prinsip inferensia (kesimpulan) yang
absah (valid) dan topik-topik yang saling berhubungan. Logika dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Logika deduktif (deductive
form of inference), yaitu cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat
umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus. Pernyataan yang mendukung
silogismus disebut premis. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari
penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut (Suriasumantri. 1988:
48-49). Perkembangan logika deduktif dimulai sejak masa Aristoteles, setelah
kontribusi oleh Stoics dan para logikawan lain pada zaman pertengahan, mereka
mengasumsikannya sebagai garis besar tradisi Aristotelesian
2. Logika induktif (inductive form of inference), yaitu cara
berpikir yang dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat khusus. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang khas dan terbatas kemudian diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum. Prinsip induktif mampu digunakan dalam
ilmu terapan pada masa John Stuart Mill dalam metodenya tentang analisis–sebab
(causal analysis) bersama dengan prinsip teori peluang dan praktek
statistik yang masih menjadi sumber-sumber utama penampilan buku tentang logika
induktif.
Banyak para ahli berpendapat bahwa sekalipun sejak 1940-an logika deduktif
berkembang tetapi masih belum menyamai taraf yang dicapai oleh logika deduktif.
Dalam hal ini, logika deduktif lebih powerful.
3. Epistemologi
Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme = pengetahuan dan logos
= kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang
paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang
apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya
dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistomologi atau teori pengetahuan berhubungan
dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh
setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca
indera dengan berbagai metode, diantaranya metode induktif, metode deduktif,
metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.
4. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku (moral) atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik ataupun buruk. Etika dalam
kajian filsafatnya dapat diberi arti sebagai tata krama dan sopan santun yang
lahir dari pemahaman perbuatan yang baik dan buruk serta sebuah tata aturan
yang berlaku dalam masyarakat yang menjadi sebuah kebudayaan yang wajib untuk
taat dipatuhi.
5. Estetika
Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan.
Estetika disebut juga sebagai “filsafat keindahan” (philosophy of beauty). Dalam Encyclopedia Americana (1973),
estetika merupakan cabang filsafat yang berkenaan dengan keindahan dan hal yang
indah dalam alam dan seni.[3][4]
Comments
Post a Comment