POSMODERNISME
(Krisis dan Masa Depan Pengetahuan)
Pengertian
Posmodernisme” adalah meleburnya batas wilayah dan perbedaan antar
budaya tinggi dengan budaya rendah. Antara penampilan dan kenyataan, dan
segala oposisi biner lainnya yang selama ini dijunjung tinggi oleh
teori social dan filsafat konvensional. Dengan demikian,posmodern secara
umum adalah dediferensiasi dan munculnya peleburan di segala
bidang”(Jean Baudrillard dalam buku Dr.Munir Fuady,2005).
“
posmodernisme merupakan intensifikasi yang dinamis yang merupakan upaya
terus menerus untuk mencari kebauran, eksperimentasi dan revolusi
kehidupan,yang menetang dan tidak percaya pada segala bentuk narasi
besar, berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat
sejarah, dan segala bentuk pemikiran totalitas, seperti Hegelian,
Liberalisme, Marxisme, dan bentuk lain-lain . postmodern dalam bidang
filsafat dapat diartikan segala bentuk refleksi kritis atas paradigma
modern dan atas metafisika pada umumnya”(Jean Francois Lyotard dalam
buku Dr.Munir Fuady,2005)
“ciri-ciri Posmodern”
1. Menginginkan ; penghargaan besar terhadap alam
2. Menekankan ; pentingnya bahasa dalam kehidupan manusia
3. Mengurangi ; kekaguman terhadap ilmu pengetahuan , kapitalisme , teknologi
4. Menerima ; tantangan agama lain terhadap agama dominant .
5. Menerima ; dan peka terhadap agama baru
6. Menggeser ; dominasi kulit putih didunia barat
7. Mendorong; kebangkitan golongan tertindas, seperti golongan ras, gender , kelas social yang tersisihkan.
8. Menumbuhkan akan pentingnya interdepensi secara radikal dari semua pihak dengan cara yang dapat terpikirkan.
Salah satu hal yang paling inspiratif
bagi posmodernisme adalah memang sikapnya dalam memahami fenomema
modern yang bernama “pengetahuan”itu terutama pengetahuan social. Ia
memperkarakan tentang “apa itu pengetahuan” secara
genealogis dan arkeologis: artinya dengan melacak bagaimana pengetahuan
itu telah beroperasi dan mengembangkan diri selama ini kategori-kategori
konseptual macam “kegilaan” “seksualitas , “manusia” ,dan sebagainya
yang biasanya dianggap “natural” itu sebetulnya adalah situs-situs
produksi pengetahuan,yang membawa mekanismne-mekanisme dan aparatus
kekuasaan:kekuasaan untuk “mendefinisikan” siapa kita.ilmu-ilmu social
dan ilmu kemanusiaan adalah agen-agen kekuasaan itu. Dan kendati
kekuasaan itu tidak negative-repressif melainkan juga fositif-produktif
(menciptakan kemampuan dan peluang baru), toh secara umum ia memaksa
k8ita memahami kemodernanbukan lagi sebagai pembebasan , melainkan
sebagai proses kian intensif dan ekstensifnya pengawasan (surveillance),
lewat “penormalan “, regulasi dan disiplin.
Hal
diatas didukung dengan anggapan bahwa manusia sekarang mengutamakan
mencari uang, dan sudah jarang ada orang yang bersedia memikirkan
sejumlah persoalan. Dan hal ini merupakan duka cita manusia: sejumlah
besar ilmuwan sekarang terlalu hanyut pada prestasi ilmu pengetahuan yan
telah dicapai , namun kehilangan keberanian untuk menyelidiki dunia
spiritual yang belum diketahui,ada yang mempertahankan
teori yang telah ada tapi menolak menerima kenyataan objektif, ada yang
bahkan ikut serta dalam politik, menjadi alat di tangan negarawan.hal
ini merupakan dukanya ilmu pengetahuan.
Comments
Post a Comment