Pengertian
Joyfull Learning.
Disini akan dijelaskan Joyfull
Learning berasal dari kata joyfull yang berarti menyenangkan
sedangkan learning adalah pemberlajaran Dave Meier menyatakan bahwa belajar
menyenangkan (joyfull learning) adalah sistem pembelajaran yang
berusaha untuk membangkitkan minat, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya
makna, pemahaman, nilai yang membahagiakan pada diri siswa.
Menurut Paulo Fraire, Joyfull
Learning adalah pembelajaran yang di dalamnya tidak ada lagi tekanan, baik
tekanan fisik maupun psikologis. Sebab, tekanan apa pun namanya hanya akan
mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apa pun wujudnya akan dapat
mendorong terciptanya iklim pembelajaran (learning climate) yang kondusif.
Menurut bambang yulianto: Joyfull
Learning yaitu membuat kelas jadi menyenangkan, jangan monoton. Sedangkan
menurut yanu armanto; Joyfull Learning yaitu pendekatan yang dapat membuat
siswa memiliki motivasi untuk terus mencari tahu, untuk terus belajar.
Maka joyfull learning adalah
pendekatan yang digunakan oleh pengajar dalam hal ini adalah guru untuk membuat
siswa lebih dapat menerima materi yang disampaikan yang dikarenakan suasana
yang menyenangkan dan tanpa ketegangan dalam menciptakan rasa senang. Penciptaan
rasa senang berkait dengan kondisi jiwa bukanlah proses pembelajaran tersebut
menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Dan menyenangkan atau mengasyikkan
dalam belajar dikelas bukan berarti menciptakan suasana huru-hara dalam belajar
di kelas namun kegembiraan disini berarti bangkitkan minat, adanya keterlibatan
penuh serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang
dipelajari) dan nilai yang membahagiakan siswa.
Pembelajaran yang menyenangkan (Joyfull
Learning) bukan semata-mata pembelajaran yang mengharuskan anak-anak untuk
tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat
kohesi yang kuat antara guru dan murid dalam suasana yang sama sekali tidak ada
tekanan. Yang ada hanyalah jalinan komunikasi yang saling mendukung.
Belajar sendiripun menurut para
ahli berbeda-beda dalam mengemukakan definisinya. Namun, tampaknya ada semacam
kesepakatan diantara mereka yang menyatakan bahwa perbuatan belajar mengandung
perubahan dalam diri seseorang yang telah melakukan perbuatan belajar.
Perbuatan tersebut bersifat internasional, positif, aktif dan efektif
fungsional.
Sifat internasional berarti perubahan
itu terjadi karena pengalaman atau praktik yang dilakukan pelajar dengan
sengaja dan disadari, bukan kebetulan. Sifat positif berarti perubahan itu
bermanfaat sesuai dengan harapan pelajar, disamping itu menghasilkan sesuatu
yang ru yang lebih baik dibandingkan yang telah ada sebelumnya. Sifat aktif
disini berarti perubahan yang membangun suasana yang
mengembangjkan inisiatif dan tanggung jawab belajar siswa sehingga berkeinginan
terus untuk belajar selama hidupnya dan tidak tergantung pada guru. Sifat
efektif berarti perubahan yang memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar.
Adapun sifat fungsional berarti perubahan itu relatif tetap serta dapat
direproduksikan atau dimanfaatkan setiap kali dibutuhkan.
Seperti halnya ungkapan yang
dipromosikan oleh Mihaly Csikszentmihalyi ”Syarat bagi pembelajaran yang
efektif adalah dengan menghadirkan lingkungan seperti masa kanak-kanak”. (bukan
”kekanak-kanakkan”) melainkan yang mendukung dan menggembirakan
(”bermain”). Dan lebih lanjutnya Csikszentmihalyi katakan ”Selama beberapa
tahun pertama kehidupan, setiap anak adalah ”mesin belajar” kecil yang tidak
kenal lelah mencoba lagi gerakan-gerakan baru, kata-kata baru, setiap hari.
Perhatikanlah dengan saksama, pusatkanlah pada wajah seorang anak tatkala
belajar ketrampilan baru. Apa yang mereka perhatikan adalah indikasi dari ”rasa
senang”-nya. Dan setiap pembelajaran yang menyenangkan menambah kompleksitas
perkembangan diri anak tersebut.
2. Tujuan
Pembelajaran Joyfull Learning.
Sebelum dikenakan pada tujuan
pembelajaran joyfull learning lebih dulu mengetahui tujuan
pendidikan nasional sesuai undang-undang no.02 untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Siswa akan terdorong untuk terus
belajar jika pembelajaran diselenggarakan secara nyaman dan menyenangkan,
sehingga siswa terlibat secara fisik dan psikis. Untuk itu guru perlu
menciptakan kondisi pembelajran yang sesuai dengan minat dan kecerdasan siswa.
Guru juga perlu memberikan penghargaan bagi siswa yang berpartisipasi.
Penghargaan dapat bersifat material dan penghargaan, nilai, penghargaan applaus.
Sedangkan tujuan dari pembelajaran yang
menyenangkan sendiri adalah menggugah sepenuhnya kemampuan belajar dari
pelajar, membuat belajar menyenangkan dan memuaskan bagi mereka, dan memberikan
sumbangan sepenuhnya pada kebahagiaan, kecerdasan, kompetensi, dan keberhasilan
mereka sebagai manusia.
Proses pembelajaran yang menyenangkan
disini bisa dilakukan dengan: pertama dengan menata ruangan yang apik
menarik yaitu dengan memenuhi unsur kesehatan, misalnya dengan pengaturan
cahaya, ventilasi serta memenuhi unsur keindahan dengan dipasang karya siswa. Kedua
melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber pembelajran yang
relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar
siswa.
Seperti yang telah dijelaskan pula dari
quantum learning sendiri bahwa belajar itu haruslah mengasyikkan dan
berlangsung dalam suasana gembira sehingga pintu masuk untuk informasi baru
akan lebih lebar dan terekan dengan baik.
Dengan adanya pembelajaran menyenangkan
(joyfull learning) ini maka pesera didik tidak hanya dikurung di dalam
ruang kelas belajar saja, tetapi juga belajar di luar ruangterbuka atau
Auditorium dengan arena bermain edukatif. Menjadikan pelajaran yang
selama ini abstrak menjadi konkret dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Penerapan
Joyfull Learning
Joyfull Learning
dapat dilakukan dengan memotivasi tumbuhnya harga diri yang positif kepada anak
dan memberikan lingkungan dan kondisi yang tepat untuk semua anak. Dengan kata
lain, semua anak merasakan bahwa:
1.
Kontribusi
mereka sekecil apa pun dihargai;
2.
Mereka
merasa aman (fisik dan psikis) dalam lingkungan belajar;
3.
Gagasan mereka dihargai
Dengan kata lain anak harus
dihargai apa adanya. Mereka harus merasa aman, bisa mengekspresikan
pendapatnya, dan sukses dalam belajarnya. Keramahan inilah yang membantu
anak-anak menikmati belajar dan guru bisa memperkuat rasa senang ini melalui
penciptaan kelas yang lebih “menyenangkan”.
Oleh karena itu guru
diharapkan untuk tidak membatasi argumen siswa, karena dengan mendengarkan
argumen siswa merasa lebih diperhatikan dan merasa nyaman berada di kelas.
Selain itu penataan kelas juga bisa membuat siswa merasa nyaman dan senang
berada di dalam kelas.
4. Teknik model belajar
Joyfull Learning di sekolah:
Teknik joyfull learning
yang diterapkan dalam sekolah dapat dipilih kedalam empat bagian, pertama
teknik persiapan, kedua teknik penyampaian, ketiga teknik pelatihan, keempat
teknik penutup. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a. Teknik persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan persiapan
siswa untuk belajar. Tanpa itu siswa akan lambat dan bahkan bisa berhenti
begitu saja. Tujuan dari persiapan pembelajaran adalah untuk:
1.
Mengajak siswa keluar dari keadaan mental yang pasif.
2.
Menyingkirkan rintangan belajar.
3.
Merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa.
4.
Memberi siswa perasaan positif mengenai, dan hubungan yang bermakna dengan
topik pelajaran.
5.
Menjadikan siswa aktif yang tergugah untuk berpikir, belajar, menciptakan, dan
tumbuh.
6.
Mengajak orang keluat dari keterasingan dan masuk kedalam komunitas belajar.
Dengan hal tersebut akan berdampak secara
psikis kepercayaan diri untuk bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan yang ia
inginkan.
Adapun komponen persiapan pembelajaran antara
lain
1. Sugesti positif
Guru harus peka terhadap sugesti negatif yang mungkin akan siswa masukkan ke
dalam lingkungan belajar dan menggantikannya dengan sugesti positif. Perasaan
takut, terlalu banyak materi, serta perasaan bosan dan lain sebagainya itu
merupakan sugesti negatif, dengan adanya sugesti negatif ini maka guru harus
mampu mengubahnya menjadi sugesti yang positif dengan meyakinkan siswa bahwa
mereka akan mampu dan bisa serta siap menghadapinya dengan rasa gembira. Selain
itu guru harus mampu membuat pembelajaran tergugah, terbuka, dan siap untuk
belajar.
2. Lingkungan fisik
positif.
Sugesti, baik positif
maupun negatif akan sangat dipengaruhi juga lingkungan. Apabila lingkungan
dibuat terkesan menyenangkan dengan sendirinya siswa akan tersugesti untuk
belajar dengan menyenangkan. Sebaiknya guru memahami kaitan antarapandangan
sekeliling dan otak itu penting untuk mengorkestrasikan lingkungan belajar yang
mendukung. Untuk itu persiapan pembelajaran sebaiknya ditata sedemikian rupa
agar dalam kelas bisa mengasyikkan dalam belajar. Misalnya dengan memasang
poster afirmasi pada dinding dengan kata ” Saya mampu mempelajarinya” dengan
menggunakan warna yang menarik, menggunakan alat bantu benda yang dapat mewakili
suatu gagasan, mengatur bangku (seperti membentuk bangku setengah lingkaran,
bangku berhadap-hadapan).
3. Tujuan yang jelas dan
bermakna.
Pembelajaran memerlikan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu pembelajaran
dan apa yang akan dapat mereks lakukan sebagai hasilnya. Guru dapat
menjelaskan tujuan materi dengan kata-kata, gambar, contoh, demo, atau apa saja
yang membuat tujuan itu tampak nyata dan konkrit bagi siswa. Dan akan sangat
bermanfaat apabila disampaikan dengan bahasa yang menyentuh hati dan pikiran
siswa.
4. Manfaat bagi siswa.
Ada yang menghubungkan antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung
dikaitkan dengan ”apa”, sedangkan manfaat dikaitkan dengan ”mengapa”. Siswa
dapat belajar paling baik jika mereka tahu mengapa mereka belajar dan dapat
menghargai bahwa pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka
sendiri.
5. Sarana persiapan siswa
sebelum pembelajaran.
Persiapan pembelajaran dapat dimulai sebelum dimulainya program belajar. Jika
dapat diusahakan, pembelajaran diberi sarana persiapan sebelum belajar yang
diisi aneka pilihan peralatan untuk membantu mereka agar siap untuk belajar.
Sarana itudapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan
manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu danminat, serta menciptakan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang.
6. Lingkungan sosial
yang positif.
Kerja sama membantu siswa mengurangi stres dan lebih banyak memanfaatkan energi
kejiwaan untuk belajar (dan bukunya untuk bersaing atau melindungi diri). Kerja
sama antara siswa untuk menciptakan sinergi manusiawi yang memungkinkan
berbagai wawasan, gagasan dan informasi mengalir
bebas.
Selain itu dengan kerja sama dalam belajar akan memungkinkan setiap siswa tidak
akan terabaikan, sulit pula bagi siswa untuk sembunyi dan tidak aktif. Oleh
sebab itu sebaiknya sebelum pelajaran melangkah lebih lanjut dibuat kelompok
sebagai mitra belajar. Cara yang paling efektif dan efisien untuk meningkatkan
kegiatan belajar adalah dengan membagi kelas menjadi pasangan dan membentuk
kemitraan belajar.
7. Keterlibatan penuh
pembelajaran
Belajar bukanlah aktivitas
yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat membutuhkan peran serta semua pihak.
Belajar bukan hanya menyerap informasi secara pasif, melainkan aktif
menciptakan pengetahuan dan ketrampilan. Upaya belajar benar-benar bergantung
pada siswa dan bukan merupakan tanggung jawab perencana atau guru. Guru hanya
sebagai fasilitator yang berkewajiban menata meja dengan makanan yang
merangsang selera dan bergizi, sedangkan kewajiban siswa untuk memakannya
sendiri. Maka siswa diupayakan agar mampu berkreasi dan mandiri.
8. Rangsangan rasa ingin
tahu.
Merangsang rasa ingin tahu siswa sangat membuat upaya mendorong siswa agar
terbuka dan siap belajar. Pembelajaran (dan kehidupan itu sendiri) akan mandek
jika tidak ada sesuatu yang bisa menimbulkan rasa ingin tahu. Guru dapat
menggugah rasa ingin tahu siswa adalah dengan cara: memberi masalah untuk
dipecahkan secara kelompok, menyuruh siswa berpasang-pasangan dalam menjalankan
tugas pencarian fakta, memainkan permainan tanya jawab,menyuruh siswa menyusun
pertanyaan.
b. Teknik Penyampaikan
Tahap penyampaikan dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk mempertemukan
pembelajran dengan materi belajar yang mengawali proses belajar secara positif
dan menarik. Adapun cara mengajak siswa terlibat penuh dalam proses belajar:
1. Presentasi guru (fasilitator)
Ketika sedang mengerjakan suatu proses atau prosedur, gunakan hasil karya untuk
menampilkannya besar-besar pada dinding, papan planel, atau papan tulis
magnetik. Selanjutnya, suruhlah siswa membongkarnya dan menyusunnya kembali
sebagai aktivitas belajar ”mengajar-kembali”
2. Presentasi guru/ siswa
Sebelum presentasi,
mintalah setiap siswa memilih mitra. Katakan bahwa mereka harus menyusun soal
ujian lisan berisi 20 pertanyaan untuk teman mereka berdasarkan presentasi yang
akan mereka dengar. Pada akhir presentasi, mereka harus menyerahkan soal ujian
lisan tersebut pada teman mitranya dan menilai apakah pasangan mereka mampu
atau tidak menangkap materi pelajaran yangbaru saja diberikan. Semenara itu,
saat presentasi, mitra mereka akan menyiapkan soal ujian lisan 20 pertanyaan
untuk mereka.
3. Presentasi siswa dan
berlatih menemukan
Guru membagi siswa dalam beberapa tim. Minta setiap tim meneliti berkas bahan
pelajaran yang mereka hadapi dan buatlah presentasi untuk kelompok. Bekali
setiap tim dengan materi untuk membuat pendukung atau bantuan presentasi yang
dapat membantu mereka menyampaikan poin-poin mereka. Karena siswa lebih banyak
mengingat dengan diasosiasikan dengan sesuatu yang telah atau pernah dilakukan.
Seperti yang dikatakan oleh Harry Lorayne dan jerry lucas yaitu ” anda bisa
mengingat sepotong informasi jika diasosiasikan dengan sesuatu yang telah anda
ketahui atau ingat sebelumnya”
c. Teknik Pelatihan
Pada tahap inilah pembelajaran yang berlangsung sebenarnya. Apa yang
dipikirkan, dan dikatakan serta dilakukan siswalah yang menciptakan
pembelajran, dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan oleh guru.
Pada tahap ini dapat dilakukan dengan meminta siswa berulang-ulang
mempraktikkan suatu ketrampilan (andaipun tidak berhasil pada mulanya),
mendapatkan umpan balik segera, dan mempraktikkan ketrampilan itu lagi.
Mintalah siswa membicarakan apa yang mereka alami, perasaan mereka mengenainya,
dan apa lagi yang mereka butuhkan untuk meningkatkan prestasinya.
d. Teknik Penutup.
Banyak kasus dalam menyampaikan pelajaran dalam akhir semester atau dalam akhir
jam guru menjelaskan agar materinya selesai. Namun dengan ini, malah akan tidak
efektif yang seharusnya dilakukan adalah pada pemahaman guru dalam joyfull
learning hendaknya memberi penguatan kepada materi yang telah diterima oleh
siswa dengan memusatkan perhatian, hal itu peluang ada cara mengingat yang kuat
akan apa yang terjadi. Seperti yang telah dikatakan oleh Lynn Stern, penulis
improving your memory ” alasan utama mengapa kita lupa adalah karena kita tidak
benar-benar memusatkan perhatian”
Ada banyak tindakan positif yang bisa diambil untuk menciptakan penutup mata
pelajaran yang bermakna dan membuat pembelajaran tidak terlupakan dengan cara
antara lain:
1.
Strategi peninjauan kembali yaitu membahas cara–cara untuk membuat siswa
mengingat apa yang telah mereka pelajari dan menguji pengetahuan dan kemampuan
mereka yang sekarang. Yaitu guru bisa dengan menggunakan kartu indeks yang
terpisah, menuliskan pertanyaan tentang materi yang diajarkan kartu berisikan
pertanyaan dengan jumlah separuh dari jumlah siswa, dari kartu yang terpisah
siswa menuliskan jawaban atas masing-masing pertanyaan. Guru mencampurkan dua
kumpulan kartu dan mengaduk agar acak. Berikan satu kartu untuk satu siswa,
sebagian jumlah siswa menerima kartu pertanyaan sebagian yang lain menerima
jawaban. Guru memerintahkan siswa untuk mencari pasangannya atau siswa yang
membawa kartu jawaban pertanyaannya. Bila telah bertemu salah satu siswa
diminta untuk membacanya keras-keras untuk melihat kebenaran dan kecocokkan
jawaban dan pertanyaannya.
2.
Penilaian sendiri yaitu membahas cara-cara untuk membantu siswa untuk menilai
sendiri apa yang telah mereka peroleh.
Pada awal sebuah mata pelajaran, perintahkan siswa untuk mengungkapkan pendapat
mereka tentang topik pelajaran, pada akhir mata pelajaran perintahkan siswa
untuk kembali mengemukakan pendapatnnya. Lalu tanyakan kepada siswa apakah
pandangan mereka masih sama ataukah sudah berbeda antara pendangan pada awal
pelajaran dan akhir pelajaran.
3. Perencanaan masa
depan.
Guru mengungkapkan harapannya agar siswa tidak berhenti belajar hanya karena
pelajaran telah berakhir. Kemukakan kepada siswa bahwa ada banyak car bagi
mereka untuk terus belajar secara mandiri. Tunjukkan bahwa slah satu cara
dengan membuat daftar berisi gagasan mereka. Buatlah sub-sub kelompok, perintahkan
tiap sub untuk mencetuskan gagasan mereka.
4. Ucapan perpisahan
Beri siswa kertas kosong dan katakan pada mereka inilah saatnya ”ujian
akhir”, katakan pada siswa bahwa tugas mereka adalah menulis secara urut
banyaknya aktifitas belajar yang telah ditempuh, lalu perintahkan siswa untuk
mengenang masa belajar yang mereka rasakan selama ini.
5.
Cara atau teknik menjadikan pembelajaran menyenangkan dan berhasil
Dalam proses pembelajaran guru pasti punya
tujuan yang mana guru menginginkan tujuan dari pembelajaran itu bisa tercapai
dengan keadaan siswa yang senang dan menyenangkan. Adapun caranya antara lain:
a.
Menciptakan lingkungan tanpa stres (relaks)- lingkungan yang aman untuk
melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi.
b.
Menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan- penjelasan guru sesuai dengan
kenyataan yang sekiranya siswa pernah melihat atau mengalaminya, sehingga tidak
terlalu jauh antara pelajaran dengan bayangan siswa.
c.
Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif- karena pada umumnya
ketika belajar dilakukan bersama guru, ketika ada humor dan dorongan semangat,
waktu jeda teratur, dan dukungan antiusias.
d.
Melibatkan secara sadar semua indra dan juga pikiran otak kiri dan otak
kanan. Karena jika indra bergerak tidak bersamaan dengan kerja otak (melamun)
maka pembelajaran tidak bisa efektif.
e.
Menantang otak siswa untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa
yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk
memahami subjek pelajaran.
f.
Mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari dengan meninjau ulang dalam
periode-periode waspada yang relaks.
6.
Media yang bagus dalam Joyfull Learning
Media adalah salah satu factor yang
penting dalam proses pembelajaran. Motivasi untuk belajar akan meningkat jika
kondisi proses pembelajaran itu menyenangkan, efektif dan lebih hidup. Jadi,
media yang bagus diperlukan dip roses pembelajaran tentang pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Finnuchiaro mengatakan bahwa: ”Varios media
such as the picture file, the pocket card, flash cards or words cards, the
flannel board or magnetic board, real object, andmany miscellanous materials”
yaitu: Ada banyak media seperti gambar-gambar, kartu cepat atau kartu kata,
papan magnet, obyek nyata dan banyak macam-macam materi.
b. Gambar
Ada banyak macam gambar
yang dapat digunakan di dalam kelas paling sedikit guru harus mempunyai data
yang terdiri dari 3 macam gambar.
1. Gambar
individu manusia dan obyek.
2. Gambar
situasi dimana orang melakukan sesuatu dengan obyek dan hubungan obyek dan
manusia yang dapat dilihat.
3. Gambar seri 6-10 dalam 1
bagian.
Dengan menggunakan gamabr proses
pembelajaran dapat menarik dan efektif jadi karakteristik seperti konsentrasi
yang pendek dapat diakali dengan menggunakan gambar, dan lebih meningkatkan
motivasi murid dalam belajar.
b. Kartu cepat atau kartu kata.
Kartu cepat dapat digunakan pada kelas pelajaran yang masih muda. Kartu-kartu
ini dapat disiapkan dan diisi dalam kategori yang sama dan perintah yang sama
sbagai gambar individu.
Anak-anak yang lebih muda dapat disuruh untuk mencocokkan kartu dan gambar
secepat yang mereka baca. Mereka juga dapat mencocokkan kartu dan kata yang
tertulis dipapan tulis atau dipapan kartu yang besar. Media ini sangat berguna
dalam aktifitas bahasa seperti game. Dengan menggunakan media flash card di
dalam game karakteristik dapat dimotivasi melalui aktivitas ini.
c. Papan Flanel (magnet)
Papan Flanel dapat digunakan sama seperti papan magnet. Papan flannel adalah
papan yang dibuat dari kayu yang permukaannya dilapisi dengan flannel fabric
untuk menempelkan benda-benda, gambar, kertas dan lain sebagainya. Panjangnya
sekitar 1 meter dan lebarnya 70 cm. alat ini dibuat untuk mempraktekkan kosa
kata dan ayat-ayat al-quran. Sehingga gambar dan kertas mudah untuk ditarik dan
ditempel sebagai ilustrasi dan pengajaran dari banyak konsep dan struktur.
d. Kaset.
Pemutar kaset (CD Player / tape)adalah
media yang cocok untuk cerita, lagu, dan permainan, dan sebagainya. Ini adalah
bentuk pertama. Suara dari pembicara asli terdengar sempurna untuk membangun
pengucapan siswa atau dapat juga untuk memahami bentuk cerita atau kisah para
Nabi.ucapan yang terdengar juga memberikan pengalaman dari bentuk eksperimen
yang digunakan didalam pengucapan atau kefasihannya. Jadi karakteristik seperti
meniru memudahkan dengan menggunakan ucapan yang asli.
Media ini digunakan dalam pelajaran dikelas untuk membiasakan siswa pada suara
lain dari pada guru mereka untuk menambah latihan konsentrasi.
e. Obyek nyata
Obyek nyata adalah media lain. Mereka dapat diletakkan di kotak yang sangat
luas. Media ini akan membantu untuk mengilustrasikan kosa kata atau konsep
cultural. Seperti Koran, bendera, peta, botol, kotak, dan benda benda lain
adalah ilustrasi kosa kata yang pokok. Benda-benda ini digunakan oleh guru untuk siswa senang.
Comments
Post a Comment