Masa kanak-kanak awal
a.
Pengertian
perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
Jean Piaget menanamkan masa
kanak-kanak awal. Dari sekitar usia 2 sampai 7 tahun, sebagai tahap
praoperasional, karena anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau
manipulasi mental yang mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik perkembangan
dalam tahap kedua adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau
kemampuan representional, yang pertama kali muncul pada akhir tahap
sensorimotor. Menurut Montessori ( Hurlock, 1978) anak usia 3-6 tahun adalah
anak yang sedang berada dalam periode sensitif atau masa peka, yaitu suatu
periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak
terhambat perkembangannya. Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang
berada dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan. Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun
secara formal dapat ditempuh di taman kanak-kanak.
b.
Kemampuan
yang mampu dikuasai anak
Pada tahap ini kemampuan anak berada
pada tahap praoperasional. Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak
belum memahami. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu
subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase
berpikir secara intuitif. Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi
perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir
secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan
menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan
kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan fase permulaan
bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab
itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi
secara baik.
Fase praoperasional mencakup tiga
aspek, yang memiliki kemampuan yaitu:
1. Berpikir
Simbolik
Berpikir simbolik yaitu kemampuan untuk berpikir tentang
objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara
fisik (nyata) di hadapan anak. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4
tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu
objek yang secara fisik tidak hadir. Contoh kemampuan ini membuat anak dapat
rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle,
dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara
sederhana. Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya
tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan
sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat
simbolis. Anak tidak harus berada dalam kondisi kontak sensorimotorik dengan
objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat
membanyangkan objek atau orang tersebut memiliki sifat yang berbeda dengan yang
sebenarnya. Contoh: Citra bertanya kepada ibunya tentang gajah yang mereka
lihat dalam perjalanan mereka ke sirkus beberapa
bulan yang lalu.
2.
Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris,
yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju,
berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan
cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Menurut Piaget, pemikiran itu khas
bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala
sesuatunya tampak dari perspektif orang lain. Subfase berpikir secara
egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai
oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang
lain. Anak berasumsi bahwa orang lain berpikir, menerima dan merasa sebagaimana
yang mereka lakukan. Contoh: Clara menyadari bahwa dia harus mebalik buku agar
ayahnya dapat melihat gambar yang dia minta untuk diterangkan. Dia malah
memegang buku di depan wajahnya sehingga hanya dia sendiri yang dapat malihat
buku tersebut.
3.
Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu
kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok,
akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. Subfase
berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase
berpikir secara intuitif karena pada
saat ini anak kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu. Contoh: Ani menyusun balok meniadi
rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya Ani tidak mengetahui alasan-alasan
yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak
belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada
dibalik suatu kejadian. Kemampuan lain yang dikuasai anak tahap ini adalah:
a.
Memahami identitas
Anak memahami bahwa perubahan di permukaan tidak mengubah
karakter alamiah sesuatu. Contoh:
Boris mengetahui bahwa gurunya sedang berbusana bajak laut tetapi orang itu
tetap gurunya yang berada di dalam kostum.
b.
Memahami sebab akibat.
Anak
mengetahui bahwa peristiwa memiliki sebab dan akibat. Contoh: Anas melihat bola
menggelinding dari balik tembok, lalu dia melihat belakang tembok untuk mencari
siapa yang menendang bola tersebut.
c.
Mampu mengklasifikasi
Anak mengorganisir objek, orang, dan peristiwa kedalam
kategori yang memiliki makna. Contoh: Susan memilah mainannya ke kelompok bagus
dan jelek.
d.
Memahami angka
Anak dapat berhitung dan bekerja dengan angka.
Contoh: Rosa membagi permen kepada teman-temannya dan
menghitung permen yang dia punya untuk memastikan setiap orang mendapatkan
permen yang sama.
e.
Empati
Anak menjadi lebih mampu untuk membayangkan apa yang
dirasakan oleh orang lain. Contoh: Budi mencoba untuk menenangkan temannya yang
sedang kecewa dan menangis.
f.
Teori pikiran
Anak menjadi lebih dasar akan aktivitas mental dan fungsi
pikirannya Contoh: Putri ingin menyimpan beberapa potong coklat untuk dirinya
sendiri, karena itu ia menyimpan coklat dari adiknya ke dalam kotak pensil. Dia
mengetahui bahwa coklatnya akan aman didalam kotak tersebut karena sang adik
tidak akan mencarinya ke tempat yang biasanya tidak terdapat coklat.
A. Batasan
pemikiran praoperasional
(merujuk kepada piaget), yaitu:
o
Sentrasi: ketidakmampuan untuk decenter
Diskripsi: Anak fokus kepada satu aspek dari situasi dan
mengabaikan yang lain. Contoh: Timon menggoda adik perempuannya bahwa ia
memiliki juice yang lebih kerena juice-nya dituangkan ke dalam gelas yang
panjang dan ramping sedangkan milik adiknya dituangkan dalam gelas yang pendek
dan melebar.
o
Irreversibility
Diskripsi: Anak gagal
memahami bahwa beberapa operasi atau tindakan dapat dibalik,
dikembalikan ke situasi semula. Contoh: Timon tidak menyadari bahwa juice dalam
tiap gelas dapat dikembalikan ke dalam kotak juice yang merupakan tempat semula
juice tersebut, dan berlawanan dengan klaim miliknya lebih banyak dibandingkan
milik sang adik.
o
Fokus kepada situasi, bukan kepada
transformasi
Diskripsi: Anak gagal memahami nilai
penting transformasi antar pernyataan. Contoh: Dalam tugas percakapan, Timon tidak memahami bahwa tranformasi bentuk
cairan (dituangkan dari satu tempat ke tempat yang lain) tidak mengubah jumlah.
o
Penalaran transduktif
Diskripsi: Anak tidak menggunakan
penalaran deduktif atau induktif, mereka malah melompat dari satu penalaran ke
yang lain dan mencari sebab ketika tidak menemukannya. Contoh: Sarah memarahi
adiknya, kemudian adiknya jatuh sakit, sarah menyimpulkan bahwa yang
menyebabkan adiknya sakit adalah dia.
o
Animisme
Diskripsi: Anak mengatributkan kehidupan kepada objek yang
tidak hidup. Contoh: Amanda mengatakan bahwa musim semi mencoba untuk datang
dan musim gugur berkata, “saya tidak mau pergi! Saya tidak mau pergi!”.
o
Ketidakmampuan membedakan penampakan
dengan kenyataan
Diskripsi: Anak merasa bingung dengan apa yang sebenarnya
penampilan. Contoh: Budi merasa bingung dengan spon yang dibuat berbentuk batu.
Dia menyatakan bahwa benda tersebut berbentuk seperti batu dan benar-benar
batu.
Comments
Post a Comment