A. Turki
Negara Turki adalah negara di dua
benua. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer persegi, 97% (790.200 km
persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3% (24.378 km
persegi) terletak di benua Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan
Turki jembatan antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari
Asia Tengah. Secara historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di
Anatolia, peradaban Islam, Arab dan Persia sebagai warisan dari Imperium Usmani
dan pengaruh negara-negara Barat Modern. Hingga saat ini bangunan-bangunan
bersejarah masa Bizantium masih banyak ditemukan di Istanbul dan kota-kota
lainnya di Turki. Yang paling terkenal adalah Aya Sofya, suatu gereja di masa
Bizantium yang berubah fungsinya menjadi masjid pada masa Khalifah Usmani dan
sejak pemerintahan Mustafa Kemal hingga kini dijadikan
musium.
Peradaban Islam
dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang mendalam bagi masyarakat
Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di masa kekhalifahan diterapkan
sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan
Allah SWT sebagai Khalik, Sang Pencipta, dan juga suatu sistem sosial yang
melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah
Arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia, berkembang di wilayah
kekuasaan Kekhalifahan Turki dengan membawa peradaban dua bangsa tersebut.
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban
tersebut ke dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan
pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan
bangsa Arab. Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh
bangsa Turki sejak tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya arah
modernisasi yang berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat
yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang
telah mewarnai identitas masyarakat Turki.
Masyarakat
Indonesia mengenal Turki sebagai suatu negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Kita juga mengenal Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia Islam selama
tujuh ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya Kekhalifahan
Usmani pada awal abad ke-20. Fenomena kehidupan masyarakat Turki menjadi
menarik ketika negara Turki yang berdiri tahun 1923 menyatakan sebagai sebuah
negara sekuler, di mana Islam yang telah berfungsi sebagai agama dan sistem
hidup bermasyarakat dan bernegara selama lebih dari tujuh abad, dijauhkan
peranannya dan digantikan oleh sistem Barat.
B. Asal Mula
Kerajaan Turki Ustmani
Bangsa Turki
mempunyai dua dinasti yang berhasil mengukir sejarah dunia. Pertama, dinasti
turki saluk dan kedua dinasti turki utsmani. Namun akhirnya kerajaan turki
saljuk hancur oleh seragan pasukan mongol, yang nantinya merupakan moment
terbentuknya dinasti turki utsmani
Kerajaan Turki
Usmani muncul di pentas sejarah Islam pada periode pertengahan. Masa kemajuan
Dinasti ini dihitung dari mulai digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang
belum ditundukkan oleh pendahulu mereka. keberhasilan mereka dalam memperluas
wilayah kekuasaan serta terjadinya peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu
indikasi yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kemajuan tersebut.
Pendiri dari
kerajaan Turki ini adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghus salah satu anak suku Turki yang mendiami sebelah barat
gurun Gobi, atau daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina, yang dipimpin oleh
Sulaiman. Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa mongol
yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti Khawarizm
pada tahun 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah Barat dan
meminta perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di
Transoxiana (maa wara al-Nahr). Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar pergi
kearah Barat (Asia Kecil). Kemudian mereka menetap di sana dan pindah ke Syam
dalam rangka menghindari serangan mongol Pada abad ke-13 saat Chengis Khan
mengusir orang-orang Turki dan Khurasan dan sekitarnya. Kakeknya Usman, yang
bernama Sulaeman bersama pengikutnya bermukim di Asia Kecil. Setelah reda
serangan Mongol terhadap mereka, Sulaeman menyeberangi Sungai Efrat (dekat
Allepo). Namun, ia tenggelam empat putera Sulaeman yang bernama, Shunkur,
Gundogdur, al-Thugril, dan Dundar. Dua puteranya yang pertama kembali ke tanah
air mereka. Sementara dua yang terakhir bermukim didaerah Asia Kecil.
Kelompok
kedua ini berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Erthogrol)
ibn Sulaiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada Sultan Alauddin II dari Dinasti
Saljuk Rum yang pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia Asia Kecil.
Pada saat itu,
Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya peperangan dari bangsa Romawi yang
mempunyai kekuasaan di Romawi Timur (Byzantium). Dengan bantuan dari bangsa
Turki pimpinan Erthogrol, Sultan Alauddin II dapat mencapai kemenangan. Atas
jasa baik tersebut Sultan menghadiahkan sebidang tanah yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu Erthogrol terus membina wilayah barunya dan berusaha
memperluas wilayahnya dengan merebut wilayah Byzantium.
Pada tahun 1288 Erthogrol meninggal
dunia, dan meninggalkan putranya yang bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada
1258 M. usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk meneruskan
kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu.
Nama Usman inilah yang nanti diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Usmani.
Usman ini pula yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Usmani. Sebagaimana
ayahnya, Usman banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II. Kemenangan-kemenangan
dalam setiap pertempuran dan peperangan diraih oleh Usman. Dan berkat
keberhasilannya maka benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan Broessa
dapat ditaklukkan. Keberhasilan Usman ini membuat Sultan Alauddin II semakin
simpati dan banyak memberi hak istimewa pada Usman. Bahkan Usman diangkat
menjadi gubernur dengan gelar Bey, dan namanya selalu disebut dalam do’a setiap
khutbah Jum’at. Penyerangan Bangsa Mongol pada tahun 1300 ke
wilayah kekuasaan Saljuk Rum mengakibatkan terbunuhnya Sultan Saljuk tanpa
meninggalkan putra sebagai pewaris kesultanan. Dalam keadaan kosong itulah, Usman memerdekakan
wilayahnya dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol. Usman memproklamirkan
kemerdekaan wilayahnya dengan nama Kesultanan Usmani.
Pada awalnya Kerajaan Turki Usmani hanya memiliki wilayah
yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak berapa lama
Usmani menjadi kerajaan yang sangat besar dan bertahan dalam kurun waktu yang
lama. Setelah Usmani meninggal pada 1326, puteranya Orkhan (Urkhan) naik tahta
pada Usia 42 tahun. Pada periode ini tentara islam pertama kali masuk Eropa.
Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama
tentara sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji pada tiap
bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang digaji pada saat
mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga
tentara jenisari direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah
anak-anak kristen yang dibimbing Islam dan disiplin yang kuat.
Sejak saat itu,
dalam sejarah Islam terdapat dua jabatan penting yang dikuasai oleh seorang
penguasa. Yaitu, sebagai sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai khalifah bagi
seluruh dunia Islam. Sepeninggal Salim I digantikan Sulaiman Agung 1520-1566 M,
ia sebagai penguasa Usmani yang berhasil membawa kejayaan Islam. Ia dijuluki
sebagai Sulaeman al-Qanuni. Sulaeman bukan hanya sultan yang paling
terkenal dikalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke-16 ia adalah kepala
negara yang paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang saleh, ia
mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan berpuasa dibulan Romadhon,
jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sangsi badan.
Sulaiman juga berhasil menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa turki.
Sekitar dua pertiga abad setelah
didirikan di Anatolia pada 1300 dengan mengorbankan kekaisaran Bizantium, dan
didirikan di atas reruntuhan kerajaan Saljuk, kerajaan Turki Utsmani hanyalah
sebuah emirat di daerah perbatasan. Negara ini selalu diliputi suasana
peperangan dan pada saat itu senantiasa dalam keadaan genting. Ibukota negara
ini, pertama kali didirikan pada 1326, adalah Brusa (Bursa). Mendekati 1366,
emirat itu telah berkembang lebih stabil, mendapatkan pijakan yang lebih kokoh
di daratan Eropa, dan berkembang menjadi sebuah kerajaan besar dengan Adrianopel
(Edirna) sebagai ibukotanya. Penaklukan Konstantinopel pada 1453 yang dipimpin
oleh Muhammad II, Sang Penakluk (1451-1481) secara formal mengantarkan negara
ini pada satu era baru yaitu era kerajaan.
B. Periode
kerajaan utsmani
Selama masa kesultanan Turki Usmani
(1299-1942 M.) sekitar 625 tahun berkuasa tidak kurang dari
38 Sulta
Dalam hal ini,
Syafiq A. Mughni membagi sejarah kekuasaan Turki Usmani menjadi lima periode, yaitu:
1. Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan,
ekspansi pertama sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari
pemerintahan Usman I sampai pemerintahan Bayazid.
2. Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya
pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai
Sulaiman I.
3. Periode ketiga (1566-1699), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani
untuk mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran
segera terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
4. Periode keempat (1699-1838), periode ini ditandai degan berangsur-angsur
surutnya kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa
wilayah, dari masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
5. Periode kelima (1839-1922) periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural
dan administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa
pemerintahan Sultan A. Majid I sampai A Majid II.
D. Pertumbuhan
dan Perkembangan Pendidikan Islam di Turki
Akibat kegigihan dan ketangguhan yang
dimiliki oleh para pemimpin dalam mempertahankan Turki Usmani membawa dampak
yang baik sehingga kemajuan-kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani
dapat diraihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh
beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya yang
kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M) (Yatim, 2003:133-134).
Sehingga Turki Usmani mencapai puncak
kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh
raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia
tidak mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh
wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil
menguasai wilayah Asia kecil.
Kemajuan dan perkembangan wilayah
kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh
kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting, diantaranya
dalam bidang pendidikan.
Salah satu lembaga yang maju pada masa
turki usmani adalah madrasah, didorong dengan mempelajari beragam ilmu pengetahuan.
Lembaga pendidikan berserak saat berlangsungnya pemerintahan Turki Usmani.
Salah satunya adalah madrasah. Bukan hanya kuantitas bangunan yang menjadi
perhatian, juga kualitas pendidikan. Terobosan bermakna dalam hal ini adalah
perumusan kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan di madrasah berkembang secara
dinamis menuju ke arah lebih baik. Salah satu hal yang berlaku dalam proses
pengajaran di madrasah Turki Usmani adalah mendorong para siswa untuk mengakses
sebanyak mungkin buku yang membahas beragam bidang ilmu.
Hal ini merupakan uraian perinci dari
tujuan utama pendirian lembaga pendidikan berupa madrasah. Yaitu, melahirkan
siswa Muslim yang memiliki banyak pengetahuan dan memegang teguh nilai-nilai
moral yang baik dan benar. Madrasah digiring untuk menciptakan para siswa yang
pandai sekaligus baik hati dan berbudi luhur. Pada masa pemerintahan Sultan
Suleiman, terdapat kode hukum yang menjabarkan secara umum mengenai tujuan
pendidikan.Disebutkan dalam kode hukum itu bahwa tujuan pendidikan adalah guna
memahami misteri penciptaan dan membangun sebuah negara yang berjalan secara
teratur dan baik. Ini diyakini akan menjamin kelestarian, ketertiban, dan
kesejahteraan umat manusia. Tujuan lainnya, pendidikan menjadi sebuah sarana
untuk menuai ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Lalu, mendapatkan penjelasan
mengenai kebajikan, bakat, dan agama, hingga akhirnya para siswa memiliki
kapasitas yang baik. Sejumlah sumber menyebutkan mengenai penetapan tujuan dan
kurikulum pendidikan di madrasah itu. Di antaranya, berasal dari cendekiawan
Ahmed bin Isameddin, yang hidup pada abad ke-16. Bahkan, ia merupakan seorang
pengajar di madrasah.
E. Peradaban Pada Masa Kerajaan Turki
Kerajaan Turki usmani merupakan
salah satu kerajaan Islam yang bertahan lama yang mampu mengembangkan peradaban dalam berbagai hal.
Selain pembangunan dalam bentuk fisik, perkembangan pesat juga terjadi dalam
hal pemikiran
1. Pada bidang militer dan
pemerintahan
1) Adanya Akademi militer sebagai
pusat pendidikan dan pelatihan
2) Terbentuknya tentara tangguh
Jenissari dan Taujiah
3) Adanya Kitab Muqtadha
Al-Abhur, sebagai UU Pemerintahan.
2. kemajuan dibidang ilmu
pengetahuan
Pada Bidang Ilmu Pengetahuan dan seni
budaya Sebab Turki Usmani Kurang Fokus terhadap ilmu pengetahuan, maka Bidang
ilmu pengetahuan pun kurang menonjol tidak seperti Dinasti islam
sebelumnya. Adapun
beberapa tokoh termasyhur dari beberaa disiplin ilmu yang muncul
kala itu, di antaranya :
1) Abdulrauf Al Manawy dan Abdul Wahab
Syarany , sebagai ahli hadis dan tasawuf.
2) As-Shadar bin
Abdurrahman al Akhdhary, sebagai ahli Filsafat
dan mantiq.
3) Daud Inthaqy dan Sahabudin bin Salamah
Qaliyuby, ahli dalam bidang kedokteran.
4) Ibnu Hasan Samarkandy, sebagai ahli
ilmu politik.
5) Qari al Harawy,
sebagai ahli musik.
6) Ibnu Diba az Zabidy dan
Abdul Ghani an Nablusy, sebagai ahli sejarah.
7) Aisyah Bauniyah dan Ali Khan, sebagai
ahli sastra.
8) Abdul Qadir Baghdady
dan Az Zabidy, sebagai ahli bahasa.
9) Muammar Sinan, sebagai ahli di
bidang arsitektur.
10)
Musa Azam, sebagai ahli seni.
Adapun mengenai budaya sosial, budaya Turki Usmani sangat di pengaruhi oleh tiga
budaya. Dari kebudayaan persia mereka mengambil ajaran tentang etika dan tata
krama dalam istana. Ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi ,
sosial,kemasyarakatan, dan keilmuan mereka mengambil dari Bangsa Arab.
Sedangkan pemerintahan dan organisasi kemiliteran mereka banyak dapat dari
Bizantium.
Dalam menjalankan ilmu pemerintahan, pemimpin turki
Usmani menggunakan dua gelar sekaligus: khalifah dan sultan. Khalifah sebagai
simbol penguasa dunia dan khalifah juga symbol sebagai penguasa spritual
(agama). Secara praktis, pemimpin turki Usmani memiliki dua pembantu utama.
1.
Mufti atau
Syaykh al-Islam yang berwenang mewakili pemimpin turki Usmani dalam
melaksanakan wewenang spiritual.
2.
Shadhr al-
A’zham (perdana mentri) yang berwenang mewakili pemimpin Turki Usmani dalam melaksanakan
duniawi.
Ulama dan sejumlah karyanya yang dihasilkan pada masa Turki Usmani
adalah:
1. Mustafa Ali
(1541-1599), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kunh al-Akhbar, yang berisi
sejarah dunia dari Adam As sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga Turki
Usmani.
2. Evliya
Chelebi (1614-1682), ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah Seyabat Name
(buku pedoman perjalan) yang berisi tentang masyarakat dan Turki Usmani.
3. Arifi
(1561), sejatawan istana. Diantara karyanya adalah Shah-name –I al-Osman yang
berisi cerita tentang keluarga raja-raja Usmani.
Selain meninggalkan buku-buku sebagai
kekayaan sejarah, Turki Usmani juga meninggalkan sejumlah bangunan yang
memperlihatkan keunggulan penguasaan teknologi pada zamannya. Masjid Aya Sophia,
Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Abu Ayub Al-Anshari, masjid
Byazid dan masjid Sulaiman al-Qanuni, merupakan masjid yang berasitektur tinggi
dengan menggunakan “kubah batu” yang menggambarkan persaingan antara Islam
dengan Kristen.
3. Pada bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar
dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama,
dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran thorikot berkembang dan
juga mengalami kemajuan di Turki Usmani.
1) Adanya jabatan Mufti sebagai Pejabat
urusan agama tertinggi, yang memiliki kuasa legitimasi dalam hukum kerajaan.
2) Dalam bidang Tasauf berkembang tiga
tarekat besar yang memberikan dukungan kuat bagi kerajaan:
a) Tarekat Baktasyi, Tarekat ini dibawa oleh Ahmad Yasawi (1169 M) dan
pengikutnya pernah menjadi tentara yang sangat tangguh dalam berbagai
penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan Turki Usmani.
b) Tarekat Maulawiyah,
tarekat ini dibawa oleh Jalaluddin Rumi (1273 M), ia memperkenalkan sama’,
sebuah tarian untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan zikir tertentu.
c) Tarekat Naqsabandiyah, tarekat ini memperkenalkan zikir khafi (diam/tidak
bersuara) dan masih berkembang sampai saat ini.
4. Pada bidang
Ekonomi
Tercatat beberapa kota yang maju dalam
bidang industri pada waktu itu di antaranya: Mesir sebagai pusat produksi kain
sutra dan katun. Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan
kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat
itu.
5. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, dinasti ini mendirikan sejumlah
madrasah. Madrasah
yang pertama didirikan adalah di Inzik (1331 M) dengan medatangkan pengajaran
dari Iran dan Mesir. Madrasah berikutnya didirikan di Bursa, Edirne dan
Istanbul. Madrasah di Turki Usmani dibentuk dengan memperlihatkan jenjang dan
materi ilmu yang diajarkan adalah bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, mantik,
teologi, hukum, astronomi, geometri dan retorika.
Orang Turki terkenal pandai berbaur
dengan masyarakat bangsa-bangsa lain, mereka terbuka dengan berbagai
kebudayaan. Sementara itu Usmani mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Maka, latar belakang ini menyebabkan kebudayaan Usmani bercorak pluralistik.
Diamna antara dipusat dengan didaerah, atau antara didaerah lai, bisa berbeda.
Diantara unsur kebudayaan yang paling menonjol disana adalah kebudayaan Persia,
Bizantine, dan Arab. Kebudayaan persia lebih banyak menyumbangkan aspek-aspek
etika terutama etika kehidupan istana. Sedang kebudayaan Bizantine lebih
menonjolkan organisasi pemerintahan dan kemiliteran. Ajaran-ajaran tentang
ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan bahasa diambil dari bangsa
Arab. Sebagai bangsa yang berdarah militer, Usmani lebih menonjolkan
kegiatan dibidang kemiliteran, sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan tidak
begitu menonjol. Meskipun demikian, dalam batas-batas tertentu seni arsitektur
Islam tidak luput dari perhatian Usmani. Masjid jami’ Sultan Muhammad al-Fatih,
Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari dibangun dengan
mempertimbangkan unsur-unsur seni seperti hiasan kaligrafi Arab yang indah.
Dalam bidang keagamaan, Usmani sangat
memperhatikan kehidupan keagamaan dimasyarakat. Khususnya dalam aspek-aspek
sosial keagamaan dan pelaksanaan hukum-hukum Agama. Kekhalifahan ini lebih
bercorak keagamaan, sehingga ia sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga
fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ulama menjadi sangat penting, khususnya
ketika masa-masa kejayaan Usmani. Dari sisi ilmu-ilmu Agama, sebenarnya kurang
berkembang, justru sebaliknya, kehidupan bermadzhab lebih menonjol sebagai
salah satu tanda bahwa masyarakat merasa cukup dengan ilmu-ilmu agama yang
pernah dibangun oleh para ulama terdahulu dimasa Bani Abbas.
A. Faktor-Faktor
Yang Mempengarui Kemunduran Dan Kejatuhan Turki Utsmani
1. Wilayah
kekuasaan yang terlalu luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada
kerajaan Usmani, menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan
administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman.
Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya
penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan penataan
sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat
mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Heterogenitas
penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari
berbagai kerajaan, mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain,
maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan
beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus
memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani
pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus di tambah
lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangsai yang jelek.
3. Kelemahan para penguasa
Penguasa yang tidak cakap Setelah
sultan Sulaiman II al-Qanuni. Kelemahan ini lebih disebabkan masuknya sikap
hedonisme di kalangan istana, seperti suka bermewah-mewahan, minum-minuman
kras, dan wanita penghibur, hal ini menimbulkan perselisihan dilingkungan
istana.
4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama
dikalangan pejabat
yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
5. Pemberontakan-Pemberotakan
Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi
sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826 M. Pada
masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi
dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu
yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6. Merosotnya
Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka
biaya pun semakin membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar,
sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot
7. Kurang
berkembangnya ilmu pengetahuan
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga
keduanya sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil
dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan
militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan
teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup menghadapi persenjataan
musuh dari Eropa yang lebih maju.
Comments
Post a Comment