1.
Wawancara
Wawancara
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang
yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang
perlu dan memiliki relevansi dengan
permasalahan
penelitian tindakan kelas, (Kusnandar, 2013:157). Menurut Hopkins (dalam
Kusnandar, 2013:157), wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi
tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.
Wawancara
(interview) adalah tekknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik
secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara
pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data, (Wina Sanjaya,
2013:263). Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban
responden, (Mahmud dan Pupuh Fatuhrohman, 2011:173).
Wawancara
adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari
sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden
secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapaa faktor yang
akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu : pewawancara,
repondens, pedoman wawancara, dan situasi wawancara (Subhana,2006).
Wawancara
atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpilan data yang banyak
digunakan dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanankan
secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Adakalanya juga
wawancara dilakukan untuk menghimpun data dari kelompok seperti wawancara
dengan suatu keluarga, pengurus yayasan, Pembina pramuka, dan lain sebagainya
(Riduwan, 2005).
Wawancara
yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual. Pewawancara adalah petugas pengumpul
informasi yang diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan
merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua
informasi yang dibutukan dengan benar. Responden adalah pemberi onformasi yang
dibutuhkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap, dalam
pelaksanaan wawancara, diperlukan ketersedian dari responden untuk menjawab
pertanyaan dan keselarasan antara responden dan pewawancara.
Pedoman
wawancara berisi tentang uraian penelitian yang bisanya dituangkan dalam bentuk
daftar pertanyaan bisa mencangkup
fakta,data,pengetahuan,konsep,pendapat,persepsi atau evaluasi responden
berkenaan dengan focus masalah atau variable-variabel yang dikaji dalam
penelitian. Bentuk pertanyaan atau pertanyaan dalam pedoman wawancara juga bisa
berstruktur, suatu pertanyaan atau pernyataan umum diikuti dengan pertanyaan
atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai.
Semua
wawancara ini berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat
dapat menjadikan wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara merasa
canggung untuk mewawancarai dan responden pun merasa enggan untuk menjawab
pertanyaan. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi
(Dobald Ary, 2004):
a.
Wawancara terpimpin. Dalam wawancara ini
pertanyaan diajukan menurutt daftar pertanyaan yang telah disusun.
b.
Wawancara bebas. Pada wawancara ini, terjadi
Tanya jawab bebas menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan
wawancra ini adalah responden tidak menyadi sepenuhnya bahwa ia sedang di
wawancarai.
c.
Wawancara bebas terpimpin. Wawancara ini
merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin, dalam
pelaksanaanya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar
tentang hal-hal yang akan dintanyakan.
Wawancara banyak yang
digunakan dalam penelitian kualitatif, malahan boleh dikatakan sebagai teknik
pengumpulan data utama. Dalam penelitian kualitatif tidak disusun dan digunakan
pedoman wawancara yang sangat rinci. Bagi peneliti yang sudah berpengalaman
pedoman wawancara ini hanya berupa pertanyaan poko atau pertanyaan ini saja dan
jumlahnya pun tidak lebih dari 7 atau 8 pertanyaan. Dalam pelaksanaan
wawancara, pertanyaan-pertanyaan terssebut dikembangkan lebih lanjut sesuai
dengan kondisinya.
Dalam pembuatan catatan hasil
wawancara, selain dicatat jawaban atau respon-respon dari reponden yang
langsung berhubungan dengan pertanyaan, juga dicatat reaksi-reaksi lainya baik
yang dinyatakan verbal maupun non verbal. Juga perlu dibuat catatan-catatan
khusu atau interprestassi langsung sesat dari pewawancara terhadap jawaban,
respon maupun reaksi tertentu yang penting atau perlu mendapat perhatian dari
peneliti. Pencatatan hal-hal tersebut dapat dibuat di samping catatan utama,
kalau mungkin dengan warna tinta yang berbeda.
Jadi wawancara adalah sebuah
komunikasi dua arah antara pewancara dengan yang diwawancarai sehingga
terciptanya sebuah komunikasi yang efektif dan memperoleh hasil wawancara yang
efektif guna memecahkan sebuah masalah.
2.
Pengamatan
(obsevasi)
Observasi
yaitu melakukan pengamatan secara langsung keobjek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku,tindakan
manusia dan fenomena alam (kejadian-kejadian yang di alam sekitar), proses
kerja dan penggunaan responden kecil. Observasi atau pengamatan merupakan suatu
teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi ataupun
non partisipasi. Dalam observasi partisipasi (participatory observation) pengamat ikut serta Dalam kegiatan yang
sedang berlangsung, penganat ikut sebagai peserta rapat atau peserta latihan.
Dalam observasi non partisipatif (non
participatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan dia
hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Kedua
jenis observasi ini ada kelebihan dan kekuranganya. Kelebihanya observasi
partisipatif adalah individu-individu yang diamati tidak tahu bahwa mereka
sedang di observasi sehingga situasi dan kegiatan akan berjalan lebih wajar.
Adapun kelemahan dari observasi partisipatif, pengamat harus melakukan dua
kegiatan sekaligus, ikut serta dalam kegiatan di samping melakukan pengamatan.
Dalam kegiatan-kegiata yang tidak menuntut peran aktif seluruh peserta kedua
kegiatan dapat dilakukan secara baik, tetapi kegiatan yang menuntut peran aktif
semua anggota atau peserta, hal itu bukan sesuatu yang mudah.
Butir-buktir kegiatan atau
perilaku dalam pedoman observasi yang menggunakan bentuk ceklis atau skala
dapat diberi angka sehingga hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif
menggunakan analisis statistic. Lincoln dan cuba dalam sanapiah faisal, mengemukakan
ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk pengumpulan dalam penelitian
bidang pendidikan, yaitu :
a.
Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan
diilakukan.
b.
Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan
menjadi bahan pembicaraan.
c.
Mengawali atau membuka alur wawancara.
d.
Melangsungkan alur wawancara.
e.
Mengkonfirmasi ikhtiar hasil wawancara dan
mengakhirinya.
f.
Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan
wawancara.
g.
Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil
wawancara yang telah diperoleh.
Informasi
atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah menyimpang
dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subjectif dan
tidak akurat. Kebiasaan data ini akan berlangsung pewawancara, yang
diwawancarai (responden) dan situasi dan kondisi pada saat wawancara.
Pewawancara yang tidak dalam posisi netral, misalnya ada maksut tertentu,
diberi sponsor akan memberikan interprestasi data yang berbeda dengan apa yang
disampaikan oleh reponden. Responden akan memberikan data yang bias, bila
reponden tidak dapat menagkap dengan jelas apa yang ditanyakan peneliti atau
pewawancara. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bias
selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang juga telah dikemukakan diatas,
sangat mempengaruhi prose wawancara.
Jadi
pengamatan (observasi) adalah pengamatan sebuah objek secara langsung untuk
melihat kegiatan secara langsung lebih terfokus pada objek disekitar dan
mendapatkan hasil yang maksimal yang diperoleh oleh peneliti.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan
untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan,foto-foto,film documenter, data
yang relevan penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah belalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan,gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita,biografi,peraturan,kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto,gambar hidup, dan sketsa lainya. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya seni, yang dapat berupa gambar,patung,film dan lain-lain.
Hasil penelitian juga semakin
kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada. Photograps provide strikingly
descriptive data, are often used to understand the subjective abd his product
are frequenly analyzed inductive. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua
dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang
tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk dirinya sendiri,
sering subjectif. Untuk studi lebih lanjut mengenaikonsep-konsep tersebut, maka
simaklah hasil penelitian yang dilakukan oleh Untung rhardja, Muhamad yusup dan
lilik agustin yang berjudul pengontrolan mutu sistem informasi dengan metode database healh monitoring.
Jadi dokumentasi adalah
berupa foto dan media yang kita temukan dilapangan ketika kita mewawancarai
sebuah objek, dokumentasi juga bias mendukung hasil dari observasi dan
wawancara lebih tepatnya sebagai bukti bahwa kita sudah melakukan observasi.
Comments
Post a Comment