Implementasi



 Implementasi
1.        Definisi Implementasi
Secara sederhana Implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (1979) mengemukakan Implementasi adalah perluasan aktivitas yang  saling menyesuaikan. Pengertian lain dikemukakan oleh schubert bahwa Implementasi merupakan sistem rekayasa. Pengertian-pengertian ini memperlihatkan bahwa kata Implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.
Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance Leraner’s Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa Implementasi adalah penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut disebutkan implementasi adalah proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberiksn dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, ataupun nilai dan sikap.
Implementasi dapat juga diartika sebagai pelaksanaan dan penerapan. Ada beberapa pendapat yang dikutip dari Binti Maunah diantaranya pendapat Majone dan Wildavky (1979) yang menegemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (dalam pressma. dan Wildavzky, 1984). Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide dan konsep. Adapun kurikulum dapat diartikan dokumen kurikulum (kurikulum potensial). Dikemukakan juga bahwa implementasi kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai penegembangan kurikulum, dan peserta didik sebagai subjek belajar.
Adapun implementasi kurikulum dalam bentuk pembelajaran berdasar Standar Nasional Pendidikan terutama Standar Proses, sebagaimana dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup perencanaan proses pembelajaraan, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen sistem pendidikan itu sendiri. Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikan.
Jadi implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan rencana yang telah disusun dengan cermat dan rinci. Implementasi ini biasanya selesai setelah dianggap permanen.Implementasi ini tidak hanya aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dengan serius dengan mengacu pada norma-norma tertentu mencapai tujuan kegiatan.
2.        Merancang  dan Mengimplementasikan Pembelajaran Efektif dan Bermakna
Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Saylor (1981) dalam Mulyasa (2002) mengatakan bahwa “Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usualy, but not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in a education setting”. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu. Guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, keterampilan menilai hasil-hasil belajar peserta didik, serta memilih dan mengggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga professional, yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktik yang intensif.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologi dan didaktis secara bersamaan. Aspek pedagogis menunjuk pada pendidikan. Karena itu, guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi tertentu. Aspek psikologi menunjuk pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Selain itu, aspek psikologi menunjuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri mengandung variasi, seperti belajar keterampilan mmotorik, belajar konsep, belajar sikap, dan seterusnya (Gagne, 1984). Perbedaan tersebut menuntut pembelajaran yang berbeda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh guru. Dalam hal ini, guru harus mnenetukan secara tepat jenis belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai kondisi eksternal yang harus diciptakan oleh guru menunjuk variasi juga dan tidak sama antara jenis belajar yang satu dengan yang lain, meskipun ada pula kondisi yang paling dominan dalan segala jenis belajar. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mengetahui pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar, kondisi internal dan eksternal peserta didik, serta cara melakukan pembelajaran yang efektif dan bermakna.
Pembelajaran menyenangkan, efektif dan bermakna dapat dirancang oleh setiap guru, dengan prosedur sebagai berikut.
a.    Pemanasan dan apersepsi
Pembelajaran dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan atau apersepsi memiliki alokasi waktu 5-10% dan dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1)   Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik.
2)   Peserta didik dimotivasi dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka.
3)   Peserta didik digerakkan agar tertarik dan bernafsu untuk mengetaui hal-hal baru.
b.   Eksplorasi
Eksplorasi merupakan tahapan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Eksplorasi memiliki alokasi waktu 25-30% dan dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1)   Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik;
2)   Kaitkan kompetensi dasar dan materi standar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik;
3)   Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secra bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standard dan kompetensi baru.
c.    Konsolidasi pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi dan karakter , serta menghubungkannya dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran memiliki alokasi waktu 30-40% dan dapat dilakukan dengan prosedur sebgaai berikut:
1)   Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi dan kompetensi baru;
2)   Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah actual;
3)   Letakkan penekanan pada kaitan structural, yaitu kaitan antara materi standard dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat.
4)   Pilihlah metode yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi dan karakter peserta didik.
d.   Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter
Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter peserta didik memiliki alokasi waktu 10% dan dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1)   Dorong peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, kompetensi, dan karakter yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
2)   Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat membangun sikap, kompetensi, dna karakter baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari;
3)   Gunakan metode yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap, kompetensi, dan karakter peserta diidk secara nyata.
e.    Penilaian formatif
Penilaian formatif perlu dilakukan untuk perbaikan, penilaian formatif memiliki alokasi waktu 10% yang pelaksanaannya dapat dilakukan dnegan prosedur sebagai berikut :
1)   Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik;
2)   Gunakan penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam membentuk karakter dan kompetensi peserta didi.
3)   Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
3.        Prosedur Implementasi Pembelajaran di Luar Kelas (Learning Outdoor)
Menurut Hamalik (Prihantoro, 2010), untuk mempersiapkan pembelajaran diluar kelas, memerlukan langkah-langkah atau prosedur sebagai berikut :
a.     Guru merumuskan dengan teliti pengalaman belajar yang direncanakan.
b.    Menentukan bentuk kegiatan yang akan diselenggarakan.
c.     Guru berusaha menyajikan pengalaman yang bersifat menantang dan memotovasi siswa.
d.    Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan.
e.     Menentukan rute perjalanan yang dapat ditempuh.
f.     Siswa dapat bekerja secara individual dan kelompok.
g.    Siswa secara aktif berperan serta dalam pembentukan pengalaman.
h.    Guru menjelaskan tentang aturan dalam pembelajaran (kontrak belajar) 
Berikut adalah prosedur implementasi pembelajaran diluar kelas sesuai dengan jenisnya :
a.    Studi lapangan atau kunjungan lapangan.
Studi lapangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran diluar kelas dimana terjadi kegiatan observasi untuk mengungkap fakta-fakta untuk memperoleh data dengan cara terjun langsung ke lapangan. Studi lapangan merupakan cara ilmiah yang dapat dilakukan dengan rancangan operasional sehingga didapat hasil yang lebih akurat. Dalam kegiatan studi lapangan, siswa diajak mengunjungi tempat dimana objek-objek yang akan dipelajari tersedia. Berbagai lokasi yang dapat digunakan untuk studi lapangan sangatlah beragam, mulai dari lingkungan sekitar sekolah, daerah wisata, daerah dengan obyek-obyek tertentu. 
Berbagai obyek diluar sekolah dapat digunakan untuk studi lapangan, tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihannya untuk dijadikan tempat studi lapangan. Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan dalam memilih suatu lokasi untuk studi lapangan antara lain :
1)   Kesesuaian dengan kompetensi dan cakupan materi pembelajaran.
2)   Keberadaan lokasi untuk studi lapangan dapat dan mudah dijangkau serta tidak membehayakan siswa. 
3)   Secara ekonomi dapat dijangkau oleh siswa karena biaya tidak besar. 
4)   Memiliki potensi untuk digunakan pada berbagai materi atau mata pelajaran. 
Berbagai persiapan lain yang perlu dilakukan agar studi lapangan dapat memberikan hasil yang optimal antara lain:
1)    Perlu dibentuk kepanitiaan khusus agar manajemen pelaksanaan berjalan dengan baik.
2)    Diperlukan surat izin ke lokasi dan pengantar dari kepala sekolah.
3)    Lokasi sudah dikenali terlebih dahulu oleh guru dengan melakukan survei sehingga dapat menentukan waktu dengan tepat dan merancang RPP yang tepat. 
4)    Guru perlu membuat panduan kegiatan studi lapangan sehingga kegiatan studi lapangan mempunyai target/tujuan yang jelas dan siswa dapat melaksanakan kegiatan dengan benar.
5)    Perlu dilakukan pengelompokkan sehingga manajemen di lapangan lebih mudah.
6)    Agenda kegiatan perlu disusun sebelumnya agar kegiatan berjalan dengan baik.
7)    Mengecek peralatan yang dibutuhkan untuk pengambilan data.
8)    Menyiapkan peralatan untuk keamanan sesuai lokasi.
9)    Menyiapkan obat-obatan untuk pertolongan pertama dan contact person dokter yang dapat dihubungi sewaktu-waktu.
b.    Pembelajaran menjelajah lingkungan
Pembelajaran diluar tipe jelajah lingkungan adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengajak siswa untuk mengenal obyek, mengenal gejala dan permasalahannya, serta menelaah dan menemukan kesimpulan atau konsep tentang hal yang dipelajari. Kegiatan belajar semacam itu akan mendorong siswa untuk melakukan berbagai tindakan yang akan memberikan pengalaman langsung dan konkret bagi mereka. (Isnaeni, 2007) beberapa ciri dari pembelajaran di luar tipe jelajah lingkungan atau alam sekitar adalah:
1)   Adanya kegiatan eksplorasi sehingga metode yang sering digunkan adalah discovery dan inkuiry. Sementara itu obyek yang dipelajari adalah lingkungan sekitar siswa. Kegiatan ini mengajak siswa aktif mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk mencapai kecakapan kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan.
2)   Selalu ada kegiatan berupa peramalan atau prediksi, pengamatan, dan penjelasan. 
3)   Ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto, atau audiovisual.
4)   Kegiatan pembelajaran dirancang menyenangkan sehingga menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut. 
Lingkungan belajar diluar kelas sangat bervariasi dan sangat luas. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan tempat sehingga pembelajaran jelajah lingkungan dapat memperoleh hasil yang optimal. Adapun kriteria lokasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran jelajah lingkungan antara lain :
1)   Keamanan
Perlu diperhatikan dan dipertimbangkan tempat studi yang membahayakan, ada potensi bencana, tanaman beracun, atau dekat dengan jalan raya. Selain itu, tempat tersebut mudah bagi siswa untuk melakukan eksplorasi dan guru mudah melakukan pengawasan.
2)   Aksebilitas
Mudah dijangkau guru maupun siswa dan leluasa bagi guru dan siswa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
3)   Ukuran
Usahakan lokasi tersebut dapat memuat seluruh siswa satu kelas sehingga akan lebih nyaman dalam belajar dan mudah berhubungan dengan siswa lainnya di area tersebut.

4)   Keanekaragaman
Idealnya lokasi yang akan diselidiki memiliki kelengkapan keanekaragaman obyek belajar. Contohnya pohon, semak, rumput, ranting, dan lain-lain. 
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan pembelajaran jelajah lingkungan antara lain:
1)   Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus motivator yang tercermin dalam kegiatan yang dikembangkan dalam pembelajaran.
2)   Pembelajaran memungkinkan siswa belajar dalam kelompok.
3)   Guru senantiasa berupaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan kemampuan dan gagasannya, baik melalui lisan, performans maupun tulisan.

Comments