A.
Manusia
pendidikan
Manusia adalah
sesuatu yang ada yang penuh potensi untuk berkembang terus, merealisasikan
diri, menyempurnakan ujud adanya sebagai manusia. Dalam menyempurnakan diri
ini disamping depengarui unsur-unsur
yang datang dari luar juga daya-daya yang datang dari individu. Diantara sekian
banyak pengaruh atau daya dari luar diri manusia yang disengaja dan
menguntungkan itu tidak lain adalah pendidikan, artinya manusialah yang
memerlukan pendidikan sedangkan selain manusia tidak memerlukan pendidikan. Ada pendapat mengatakan bahwa manusia
lahir dari proses pendidikan , manusia pendidikan bukan hanya manusia yang
mendidik tetapi juga manusia yang dididik, dalam hal ini arti luas dari
pendidikan yaitu segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup.
Manusia disebut “Homo Sapiens”.Artinya, makhluk yang
mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan.Salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu
disekelilingnya yang belum diketahuinya.Dari rasa ingin tahu maka timbul ilmu
pengetahuan. Dalam hidupnya manusia digerakan
sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung
jawab sosial dalam masyarakat.Manusia bukan hanya mempunyai
kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga
tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat
yang kurang baik. Tampaklah
bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan.Karena melalui
pendidikanmanusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol
serta menentukan dirinya sendiri.Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian
manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik.Dan melalui pendidikan kemampuan
tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni.
Dengan pendidikan manusia dapat berkembang kemanusiaanya,
dimana pendidikan sebagai fungsi strategis yaitu untuk mengaktualisasikan
sekaligus mengembangkan semua potensi kemanusiaanya , baik dalam kehidupan
kodrat maupun sifat kodratnya. Manusia dikatakan manusia pendidikan karena
manusia akan selalu belajar terus menerus dengan sesuatu yang baru. Oleh karena
itu pendidikan dan prosesnya merupakan suatu proses kemanusiaan dan
pemanusiaan.
B.
Definisi Ilmu Budaya Dasar
Di Indonesia istilah
ilmu budaya dasar dikembangkan sebagai pengganti istilah "basic
humanitiesm" atau bahasa inggrisnya "Humanities" yang artinya manusia,
berbudaya dan halus dan dalam bahasa latin yaitu "humnus". Diharapkan
seseorang akan menjadi lebih berbudaya, halus dan lebih manusiawi dengan
mempelajari the humanities.
C.
Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar tentu
berbeda dengan pengetahuan budaya. Pengetahuan budaya disini yaitu mengkaji
manusia sebagai makhluk berbudaya dalam masalah nilai-nilai manusia (homo
homanus). Sedangkan ilmu budaya dasar adalah pengetahuan dasar dan pengertian
umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
manusia dan kebudayaan.
Menurut Prof Dr. Harsya
Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar yaitu :
- Ilmu-ilmu Alamiah (Natural Science)
Bertujuan
mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk
mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hukum
yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk
menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasika. Atas
dasar ini lalu dibuat prediksi. Hasil penelitian 100% benar dan 100% salah.
Yang termasuk kelompok ilmu-ilmu alamiah antara lain astronomi, fisika, kimia,
biologi, kedokteran dan mekanika
- Ilmu-ilmu Sosial (Social Science)
Bertujuan
untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antar
manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari
ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100% benar, hanya mendekati
kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia ini tidak
dapat berubah dari saat ke saat. Yang termasuk kelompok ilmi-ilmu sosial antara
lain ilmu ekonomi, sosiologi, politik, dmeografi, antroplogi sosial, sosiologi
hukum dan sebagainya.
- Pengetahuan Budaya ( The Humanities )
Pengetahuan
budaya bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang
bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan
peristiwa-peristtiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian
diberi arti.
Pengetahuan
budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian
(disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dpat dibagi-bagi lagi kedalam
berbagai hiding keahlian lain seperti seni tari, seni rupa, seni musik dan
lain-lain. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan
kebudayaan. Dengan perkata lain, ilmu budaya dasar menggunakan
pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya
untuk mengembangkan wawasan-wawasan pemikiran serta kepekaan dalam mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu
budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa
inggris disebut dengan istilah basic humanities. Pengetahuan budaya dalam
bahasa inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya
mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai makhluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan
ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
- Tujuan Ilmu Budaya Dasar
Ø Ilmu
budaya dasar bertujuan untuk mengenal dirinya sendiri lebih dalam maupun orang
lain yang ia kenal luarnya saja
Ø Mengenal
perilaku diri sendiri maupun perilaku orang lain
Ø Untuk
pergaulan hidup dimasyarakat luas
Ø Tidak
terjerumus dalam sifat kekota-kotaan dan sifat kedaerahan
Ø Memiliki
pemikiran dan penglihatan yang jelas serta yang mendasar serta menghargai
budaya yang ada disekitarnya dan ikut melestarikan budaya nenek moyang leluhur
kita.
Ø Peka
terhadap masalah-masalah pemikiran
perasaan serta prilaku dan ketentuan manusia yang diciptakannya
Diharapkan
seseorang mempelajari ilmu budaya dasar ini dapat membangun minat dan kebiasaan
tentang sesuatu yang terjadi sdisekitar lingkungannya dan dimana saja, menalan
apa yang dia kerjakan dan mengapa ia lakukan. Dan harapan orang yang mempelajari
ini dapat memiliki keberanian moral untuk mempertanggung jawabkan nilai-nilai
yang ia pertahankan dan dapat menerimanya.
- Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar
Berbagai
aspek kehidupan manusia merupakan seluruh ungkapan masalah kemanusiaan dan
budaya yang didekati menggunakan pengetahuan budaya (the humanities). Hakekat
manusia yang satu atau universal, tetapi yang beraneka ragam perwujudannya
dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.
1. Manusia dan cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan, dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta.Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasih.Walaupun cinta kasih memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan kelurga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab.Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhanya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintahNya, dan berpegang teguh pada syariatNya.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwa Darminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan, dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta.Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasih.Walaupun cinta kasih memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan kelurga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab.Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhanya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintahNya, dan berpegang teguh pada syariatNya.
Pengertian tentang cinta dikemukakan
juga oleh Dr. Sarlito W. Sarwono, dikatakan bahwa cinta memiliki tiga
unsur yaitu: keterikatan. Keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan
keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas
untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia, kalau janji
dengan dia harus ditepati. Unsur yang kedua adalah keintiman yaitu adanya
kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda dengan
dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu,
saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan, sayang dan
sebagainya.Makan minum dari satu piring, cangkir tanpa rasa risi, pinjam
meminjam baju, saling memakai uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan
rahasia dan lain-lainya. Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa
ingin membelai dan dibelai, rasa kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu,
adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang,dan seterusnya.
2. Manusia dan
keindahan
Manusia adalah sesuatu yang indah, karena mereka menyukai
terhadap keindahan alam maupun terhadap keindahan seni. Keindahan alam
adalah ‘keharmonisan yang menakjubkan dan hukum-hukum alam”, yang dibukakan
untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya.Sedangkan keindahan
seni adalah keindahan buatan atau hasil ciptaan manusia, yaitu buatan seseorang
(seniman) yang mempunyai bakat untuk menciptakan sesuatu yang indah, scbuah
karya seni.Rata-rata manusia terhadap yang indah tentu mengambil sikap
terpesona.Bahwasannya tidak scmua orang memuliki kepekaan keindahan itu memang
benar, tetapi pada umumnya manusia mempunyai perasaan keindahan.
Keindahan yang diperbincangkan dalam tulisan ini adalah
keindahan seth, sehingga tidak terlepas dan pembicaraan tentang seni atau karya
seni (keindahan seni, seni sebagai intuisi dan cita-cita seni). Keindahan
tentang seni telah lama menarik perhatian para ahli atau filosof, sejak jaman
Plato sampai jaman modern sekarang ini.Teori tentang keindahan seni (artistik)
muncul, karena mereka berpendapat bahwa seni adalah pengetahuan per septip
pcrasaan yang khusus.lstilah “estetika”, yang dikemukakan untuk pertama kali
oleh Baumgarten, dipergunakan untuk membicarakan teori tentang
keindahan seni (artistik). Kemudian pengertian estetika berkenibang,
akhir-akhir ini diberi arti sebagai “ilmu pengetahuan tentang seni”.
Maka
itu urutan uraian tentang keindahan dalam tulisan ini disusun sebagai berikut
1)
Pengertian
keindahan,
2)
Teori
tentang keindahan dan seni (estetika),
3)
Pcrasaan keindahan (sensibilitas estctik), dan
4)
Keindahan seni yang meliputi seni sehagai
intuisi dan cita-cita seni.
3.Manusia dan keadilan
Manusia
sebagai makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya memiliki 3 jenis gejala,
yaitu:
1)
Akal
menyatu menjadi manunggalnya jiwa menghasilkan pikiran (derajat tinggi
2)
Rasa
3)
Kehendak
Pengertian
Adil atau Keadilan adalah :
Ø Keadilan ialah pengakuan dan
perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Ø Keadilan pada pokoknya terletak pada
keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan menjalankan kewa
jibannya
Ø Keadilan bisa berjalan dengan baik
jika dilandasi oleh cinta kasth, karena tanpa cinta kasih keadilan hanya
dilaksanakan atas dasar hak dan hukum saja, sehingga berlaku kejam dan mungkin
bisa teqadi kecurangan atau penipuan.
Pendapat
para Tokoh dan Filosof tentang arti keadilan:
1.
Khong
Hu Tsu (filosof China) berpendapat: “Bila anak sebagai anak, bila ayah sebagai
ayah, bila raja sehagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya,
maka itulah keadilari”. Artinya menyadari akan peran masing-masing dan suatu
fungsi merupakan suatu keharusan bagi tercapainya suatu keadilan.
2.
Aristoteles
berpendapat: keadilan adalah suatu kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
di sini diartikan sebagai titik tengah di antara kedua ujung yang terialu ke
kanan atau terlalu ke kin dan suatu masalah.
3.
Plato
berpendapat: keadilan itu merupakan kewajiban tertinggi dalam kehidupan negara
yang baik, sedangkan orang yang adil adalah orang yang mampu mengendalikan din,
perasaannya dikendaljkan oleh akal sehat.
4.
Soekarno>
Keadilan = Kesejahteraan (tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia
Merdeka).
5.
Moh.
Hatta > Cita-cita Keadilan Sosial adalah dapat mencapai kemakmuran yang
merata.
Batasan adil menurut “Ensiklopedi Indonesia” adalah :
1.
Tidak
berat sebelah atau tidak memihak kesalahan satu pihak saja.sama.
2.
.Memberikan
sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya.
3.
.Mengetahui
hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah, bertindak
jujur, dan tidak sewenang wenang.
4.
Adil
merupakan pokok di dalam soal hukum. “Dan jika kamu memutuskan perkara,
hukumlah antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah cinta kepada orang orang
yang berbuat adil” (Qs. Al-Maidah: 42). “Putuslah perkara mereka menurut apa
yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu turuti hawa nafsu mereka” (Qs.
Al-Maidah: 49).
4.
Manusia dan
penderitaan
Dr. Orison Swctt Marden dalam bukunya, Menindas wasangka dan
rasa takut, peperangan, kejahatan, penyakit, kemelaratan ataupun kelaparan
sebagai musuh besar kita, meski bagaimanapun hebatnya belumlah boleh kita
namakan musuh terbesar manusia, karena menurut ahli ini ada sesuatu yang lebih
merupakan musuh utama manusia yaitu “rasa takut” . Gangguan seperti penyakit, bencana
kelaparan ataupun peperangan itu tidak setiap hari datangnya pada kita.Mereka
tidak bisa begitu saja merajalela dan merusak ketentraman hidup manusia.Justru
rasa takutlah yang setiap saat menghinggapi diri kita.Memang bila kita selidiki
maka sebenarnya kita jusru lebih banyak mendenita karena takut gagal, takut
merasa sakit dan sebagainya, daripada menderita karena kegagalan atau menderita
karena sakit itu sendiri.Kita takut pada sesuatu lama sebelum malapetaka itu
sendiri datang mengganggu kita.
Kadangkala demikian kuatnya daya khayal itu merasuk pada
diri seseorang sehingga dapat menyebabkan gangguan jiwa yang disebut dcnganphobia.Perkataan
ini berasal dan bahasa Yunani yang artinya takut, sedangkan rasa takut itu
sendiri merupakan suatu yang sangat penting bagi kita dalam kehidupan ini.Rasa
takut atau kuatir membuat kita bcrhati-hati dan membuat kita merasa perlu
memanggil ambulance jika ada kecelakaan, jadi rasa takut memperingatkan kita
setiap ada bahaya.Tetapi phobia adalah rasa takut yang terlalu
dibesar-besarkan, di mana sebenarnya tidak ada perlunya. Akibatnya akan menjadi
penyakit psikis dan medis, sehingga harus ditangani oleh dokter.dan bila hal
itu dibiarkan terus-menerua akan menjadi penyakit kejiwaan.
5.
Manusia dan pandangan hidup
Manusia dan pandangan hidup adalah merupakan satu di antara
beberapa materi pokok ilmu yang terkandung dalam Ilmu Budaya Dasar.Ilmu Budaya
Dasar atau yang identik dengan istilah Basic Humanities itu sendiri dimaksudkan
agar dengan kondisi kehidupan masyarakat kita yang demikian heterogen
diharapkan seseorang menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya, dan lebih halus.
Menurut Koentjoroningrat, sebagai salah satu pokok bahasan
dalam Ilmu Budaya Dasar, pandangan hidup mengandung pengertian yang mendasar
yakni bahwa Pandangan Hidup adalah nilai – nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan di
dalam masyarakat.
Sistem nilai budaya sering juga merupakan pandangan hidup
atau world view bagi manusia yang menganutnya.Apabila “sistem nilai” merupakan
pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat, “pandangan
hidup” merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-golongan atau,
lebih sempit lagi, oleh individu-individu khusus di dalam masyarakat.Oleh
karena itu, hanya ada pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi
tidak ada pandangan hidup pada keseluruhan masyarakat.
Pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia, tidak ada
seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun pada tingkatan yang
berbeda-beda.Pandangan hidup mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan
hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.
Dalam
kehidupanya manusia tidak akan terlepas dan 3 hal pokok, yakni:Cita-cita,Kebajikan,
dan sikap hidup. Karena itu pula, wajarlah apabila
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup merupakan bagian hidup manusia.Dan itu
pulalah sebabnya cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya
kreativitas manusia. Banyak hasil seth yang melukiskan cita-cita, kebajikan,
dan sikap hidup seseorang.
F.
Dressur dan Pendidikan
Dressur merupakan kegiatan melatih binatang untuk
menjadikanya jinak ataupun bisa bersahabat dengan manusia, hal ini dilakukan
untuk berbagai keperluan manusia, contoh kecil yaitu untuk keperluan sirkus
untuk seekor anjing yang begitu buas. Dressur tidak dapat disamakan dengan
pendidikan walaupun dalam beberapa hal memang ada persamaannya, persamaan itu
umumnya terletak pada perumbuhan biologis saja, yaitu yang berhubungan dengan
perkembangan jasmaniah, sedangkan pada manusia haruslah diperhitungkan pula
perkembangan hidup psikisnya. Binatang adalah makhluk alam yang tidak
berkebudayaan, manusia termasuk makhluk alam namun juga termasuk bilangan
kebudayaan, manusia adalah makhluk yang kedudukannya lebih tinggi dari
binatang, dengan demikian manusia adalah makhluk yang berbudi, berpikir dan
manusia adalah anggota dari persekutuan masyarakat. Pendidikan lebih tepatnya diberikan
untuk manusia, karena pendidikan dapat digunakan sebagai sarana
pengaktualisasian sekaligus pengembangan semua potensi kemanusiaanya. Dengan
pendidikan, manusia dapat berkembang kema- nusiaannya, tetapi binatang jika “dididik”
atau dilatih, tidak akan mengembangkan, melainkan mengurangi bahkan
menghilangkan kebinatangannya. Yang terjadi adalah domestikasi
(penjinakan).Oleh sebab itu, pendi dikan itu untuk manusia dan bukan untuk
binatang. Meskipun demikian, jika proses atau kegiatan pendi- dikan kita tidak
sebagaimana mestinya, maka yang akan terjadi adalah penjajahan, dalam
istilah Carnoy cultural imperialism (Martin Carnoy,
1974:15)Pada umumnya sangat sulit membedakan penempatan kata pendidikan
yang benar pada manusia atau pada hewan, ataupun bahkan tepat untuk keduanya.
Namun kesemuanya itu sudah dijelaskan diatas
G.
Hakekat
Manusia
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang selalu belajar
dan dipelajari . Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian filsafat,khusnya
filsafat antrofologi.hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah
sekadar soal peraktek melainkan peraktek yang berlandaskan dan bertujuan.
Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis
normatif.Besifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan yang kukuh
diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis dan universal
tentang ciri hakiki manusia.Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan
untuk menjadi manusia. Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil
berbeda dari hewan.Ciri khas manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk
dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut
sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimilikioleh
manusia dantidak terdapat pada hewan.Oleh karena itu, sangat strategis jika
pembahasan tentang hakekat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang
pendidikan,Bersifat normatif karenapendidikan mempunyai tugas untuk
menumbuhkembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai
luhur,dan hal itu menjadi keharusan. Manusia juaga merupakan suatu pribadi yang
selalu mencari tau tentang apa yang belum diketahuinya.
Ada beberapa pendapat , sesuai dengan sudut pandangnya
masing-masing Salah satu pandangan
filsafat (Notonagoro,1966)
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk ”monodualis” jiwa raga.
1. Manusia sebagai
makhluk raga dan jiwa
Manusia memiliki sifat-sifat benda mati (anorganis),
tumbuh-tumbuhan (vegetatif), dan hewan (animal), sehingga dalam tingkah lakunya
dikuasai oleh hukum alam dan didorong oleh instingnya. Manusia
mempunyai unsur raga dan jiwa yang merupakan kesatuan, dengan adanya unsur raga
ini manusia mempunyai sifat-sifat sebagaimana halnya makhluk yang lain dan
benda-benda yang lain pula yang mempunyai raga. Perbedaan hewan dan manusia
disebabkan manusia memiliki jiwa yang terdiri dari unsur-unsur cipta, rasa dan
karsa.
2. Manusia sebagai
makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai makhluk individu dan
sosial artinya bahwa manusia tidak pernah hidup sendiri-sendiri, melainkan juga
hidup berkelompok. Kesadaran
manusia yang membuat manusia mampu mengadakan refleksi bahwa berkat badanya ia
adalah bagian daria alam semesta. Sebagai makhluk sosial mereka saling
membutuhkan, saling membantu, dan saling melengkapi sehubungan dengan itu
mereka harus hidup bersama dan bekerja sama dalam satuan sosial yang menetap.
3. Manusia sebagai
makhluk pribadi dan makhluk tuhan
Manusia sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan mengandung arti bahwa manusia memiliki
kemampuan-kemampuan yang dapat berkembang untuk selanjutnya dapat merencanakan
sesuatu, membudayakan alam semesta atau mengolah alam lingkungan untuk
kepentingan manusia. Manusia
adalah substansi, individu yang bersifat rasional, yang mampu menyadari bahwa
dunia luarnya merupakan obyek yang dapat dijadikan alat untuk memperkembangkan
dirinya sehingga semakin sempurna. Manusia yang pari-purna adalah manusia yang
memiliki dirinya sendiri dalamkemerdekaan, tetapi dalam waktu yang sama tunduk
secara sukarela kepada Tuhan sebagai nilai tertinggi.
H. Konsekuensi
pendidikan terhadap manusia
1.
Manusia sebagai makhluk raga dan jiwa
Atas dasar tinjauan manusia sebagai makhluk monodualisme, maka pendidikan akan menyelaraskan
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan
jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah dipenuhinya secara selaras dan seimbang.
2. Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Sebagai
makhluk individu dan sosial manusia hendaknya saling menghargai dan menghormati, saling
memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini individu hendaknya diperlakukan oleh
kelompok sebagaimana
dia memperlakukan kelompoknya maksudnya di dalam hidup manusia perlu
dipenuhi kebutuhan individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain,
sebaliknya kebutuhan kelompok dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri.
3. Ditinjau dari monodualisme pribadi
dan makhluk ciptaan tuhan
Pendidikan
akan menyadarkan kepada manusia bahwa apa apa yang direncanakan ataupun yang
dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan
ikut menentukannya. Dengan demikian maka pendidikan akan mendorong manusia
dalam berusaha untuk mencapai sesuatu yang disertai dengan permohonan kepada
Tuhan. Jadi manusia harus taqwa kepada Tuhan.
I. Pengembangan
dimensi dan hakekat manusia
Dimensi-dimensi hakekat manusia yang secara singkat
terjadi dari tujuh unsur, telah ada sejak manusia lahir. Dimensi-demensi
tersebut merupakan potensi yang harus dikembangkan. Pengembangan tersebut dapat
dilakukan secara utuh dan dapat secara tidak utuh.
Mengembangkan
dimensi manusia secara utuh dilakukan dengan jalan memberikan perlakuan
terhadap ketujuh dimensi manusia secara merata dan proposional. Dengan cara ini
akan diperoleh perkembangan manusia secara utuh dan harmonis.
Adapun
ketujuh dimensi termasuk disajikan secara urut sebagai berikut:
1. Pertama: manusia sebagai makhluk Tuhan
adalah mengakui Keesaan Tuhan, menjalankan perintah dan meninggalkan
Larangannya.
2.
Kedua: manusia sebagai makhluk berdimensi”cipta”. Cipta merupakan
dimensi manusia yang berkaitan dengan aspek berfikir
3.
Ketiga : manusia sebagai
makhluk yang berdimensi “rasa”. Rasa biasanya berkenaan dengan keindahan.
4.
Keempat: manusia sebagai makhluk yang berdimensi “karsa”. Karsa,
dalam bahasa Inggrisnya adalah”hand”, berarti terampil. Karsa disini
dimaksudkan sebagai kemempuan untuk menghidupi, minimal menghidupi dirinya
sendiri.
5.
Kelima: manusia berdimensi “fisik”. Pengembangan fisik dimaksudkan
agar manusia sehat secara fisik, manusia yang sehat akan mudah mengerjakan
segala pekerjaan.
6.
Keenam: manusia berdimensi “individu”. Individu diartikan sebagai
pengakuan seseorang akan eksistensi dirinya sendiri.
7. Ketujuh: manusia berdimensi “sosial” yang berarti bahwa
manusia merupakan baian dari anggota masyarakat.
Pengembangan ketujuh dimensi manusia seperti tersebut diatas
tidak bisa mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain. Dengan demikian,
jika ketujuh dimensi manusia seperti tarsebut diatas diibaratkan sebagai
jari-jari lingkaran, maka akan membentuk lingkaran yang bundar.
Sasaran pendidikan adalah manusia,
sehingga pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Manusia
sejak lahir dikaruniai dimensi hakikat manusia tapi masih dalam wujud potensi,
belum teraktualisasi menjadi wujud nyata atau aktualisasi dari kondisi potensi
menjadi wujud aktualisasi terdapat rentangan proses yang mengundang pendidikan
untuk berperan dalam memberikan jasanya seseorang yang di lahirkan dengan bakat
seni misalnya memerlukan pendidikan untuk di proses menjadi seniman terkenal setiap
manusia lahir di karuniai naluri yaitu dorongan yang alami. Jika seandainya
manusia dapat hidup dengan adanya naluri maka tidak bedanya ia dengan hewan
sehingga hanya melalui pendidikan setatus hewani itu dapat di ubah kesetatus
manusiawi di sini lah setrategisnya potensi pendidikan dalam dimensi
kemanusiaan meskipun harus di akui bahwa dalam pelaksaan pendidikan mungkin
saja bisa terjadi kesalahan-kesalahan yang lajim di sebut salah didik hal
demikian bisa terjadi karena pendidik adalah manusia biasa yang tidak luput
dari kelemahan-kelemahan sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang mungkin
terjadi, yaitu pengemabangan yang utuh dan yang tidak utuh.
1. pengembangan
utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi
hakikat manusia di tentukan oleh dua faktor yaitu kualitas dimensi hakikat
manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas pendidik yang disediakan
untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya. Meskipun ada tendensi
pandangan modern yang lebih cenderung memberikan tekanan lebih pada pengaruh
faktor lingkungan. Optimisme ini timbul berkat pengaruh perkembangan IPTEK yang
sangat pesat dan memberikan dampak kepada peningkatan perkeyasaan pendidikan
melalui teknologi pendidikan. Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat
dari berbagai segi yaitu wujud dimensi dan arahnya
a. Wujud dimensi
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani
dan rohani, antara dimensi keindividuan , kesosialan, kesusilaan, dan
keberagaman. Antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan aspek
jamaniah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara
seimbang.
Meskipun diakui bahwa nilai manusia akhirnya ditentukan
oleh kualitas berkembangnya aspek rohaniahnya seperti pandai, berwawasan luas,
berpendirian teguh, bertenggang rasa, dinamis, kreatif, terlalu memandang
bagaimana kondisi fisiknya, namun demi keutuhan pengembangan, aspek fisik tidak
boleh diabaikan. Karena gangguan fisik dapat berdampak pada kesempurnaan
perkembangan
b. Arah
pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat
manusia dapat diarahkan kepada ras pengembangan dimensi keindividuan,
kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman secara terpadu. Keempat dimensi
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Jika dianalisis satu persatu gambarannya,
sebagai berikut :
pengembangan yang sehat terhadap dimensi keindividualan
memberi peluang kepada seseorang untuk mengadakan eksplorasi terhadap potensi
potensi yang ada pada dirinya, baik kelebihannya maupun kekurangannya. Segi
positif ditingkatkan dan yang negatif dihambat. Pengembangan yang berarah
bermakna memperbaiki diri atau meningkatkan martabat aku yang sekaligus juga
membuka jalan kearah bertemunya suatu pribadi dan peribadi yang lain secara
secara selarah tanpa mengganggu otonomi masing-masing
J.
Pembawaan
Istilah
pembawaan sering juga disebut sebagai “heredity/hereditas”
1.
Pembawaan dan
Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan adalah hal yang sangat penting
dalam mendidik juga tidak mudah karena memerlukan penjelasan dan uraian yang
tidak sedikit. Seperti
yang telah kita singgung dalam bab yang lalu mengenai hal ini ada tiga aliran,
yaitu Nativism, Empirism, dan Konvergensi.
a. Aliran Nativisme
Aliran ini
bertitik tolak pada kemampuan dari dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan,
termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
perkembangan di tentukan oleh pembawaan yang sudah di peroleh sejak lahir.
Schopenhauer( (1788-1860) berpendapat bahwa bayi lahir sudah dengan pembawaan
bayi dan pembawaan buruk.oleh karena itu, hasil akhir pendidikan di tentukan
oleh pembawaan yang sudah di bawa sejak lahir aliran ini menekankan bahwa yang
jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik.
Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan pribadi manusia
sepenuhnya ditentukan oleh pembawaan. Menurut kaum natism itu pendidkian
tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Jadi kalu benar pendapat tersebut
percumalah kita mendidik atau dengan kata lain pendidikan tidak perlu.
Dalam
ilmu pendidikan, hal ini di sebut pesimisme pedagogis. Aliran
Nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuandalam
diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang
berpengaruh terhadap perkembangan anak.Hasil perkembangan tersebut ditentukan
oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran.Lingkungan kurang
berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak.Hasil pendidikan
tergantung pada pembawaan. Menurut paham ini, dengan tokohny seorang filsuf
jerman Schopenhauer (1788-1860), dikatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia
sudah memiliki pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya
masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik da nada pula yang buruk. Aliran
ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan
sebaliknya, yang baik akan menjadi baik.
b. Aliran Empiris
Bertolak dari
Lockean tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan
manusia dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung pada lingkungan,
sedangkan pembawaan tidak di pentingkan. Tokoh perintis ajaran ini adalah Jhon
locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa” yakni anak lahir
kedunia bagaikan kerrtas putih yang bersih. Pengalaman empirik yang di peroleh
dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak. Pendapat aliran ini berlawanan
dengan aliran Nativism, dan mengatakan bahwa dalam perkembangan anak menjadi
dewasa itu sama sekali ditentukan oleh ligkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat di didik menjadi
apa saja (kearah yang baik maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak
lingkungan atau pendidiknya. Dalam pendidikan, pendapat kaum empiris ini
terkenal dengan nama optimisme pedagogis. Kaum behapiorispun sependapat dengan
kaum empiris itu. Sebagai contoh kami kemukakan di sini kata-kata waston,
seorang behatioris tulen dari Amerika “berilah saya sejumlah anak yang baik
keadaan badannya dan situasi yang saya butuhkan dan dari setiap anak entah yang
mana dapat saya jadiak dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika
memang dikehendaki menjadi seorang pengemis atau pencuri.
c. Aliran
naturalisme
Nature artinya alam atau apa yang di
bawa sejak lahir. Hampir senada dengan aliran nativisme, maka aliran
naturalisme berpendapat bahwa pada hakikatnya semua anak (manusia) sejak di
lahirkan adalah baik. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat di tentukan
oleh pendidikan yang di terimanya atau yang di pengaruhinya. Jika pengaruh
pendidikan itu baik akan menjadi baiklah ia akan tetapi jika pengaruh
pendidikan itu jelek akan jelek pula hasilnya seperti dikatakan oleh tokoh
aliran J.J Rouseseeau sebagai berikut
“semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta,
tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia “semua anak yang baru di lahirkan
mempunyai pembawaan buruk.pembawaan baik anak akan menjadi rusak karena di
pengaruhi oleh lingkungan. Disini ia menekankan bahwa pendidikan tidak di
perlukan. oleh karena itu sebagai pendidik rouseau mengajukan pendidikan alam. Artinya anak
hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang senditri menurut alamnya manusia
atau masyarakat jangan mencampurinya.
d. Aliran
Konvergensi
Perintis
aliran ini adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa
Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai
pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa
dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun lingkungan
sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Bakat yang di bawa pada waktu
lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai
dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik pun sulit
mengembangkan potensi anak secara optimal apa bila tidak terdapat bakat yang di
perlukan bagi perkembangan yang di harapkan anak tersebut
2. Pembawaan dan
Keturunan.
Setelah soal keturunan dan soal pembawaan itu kita bicarakan
sendiri-sendiri, dapatkah kiranya sekarang kita bandingkan kedua pengertian itu
agar lebih jelas dan lebih berhati-hati di dalam menggunakannya.
Pembawaan (yang
di bawa si anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang
akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya.
Andai kata ada
seorang anak yang ketika di lahirkan telah membawa suatu cacat pada bagian
tubuhnya dalam hal yang demikian ini tidak dapat klita katakan bahwa hal itu di
sebabkan oleh faktor-faktor keturunan.
Mungkin juga hal itu di sebabkan oleh
akibat-akibat yang terjadi dalam pertumbuhan embrio yang tidak normal,
umpamanya karena sang ibu suka minum-minuman keras jadi cacat itu di sebabkan
karena faktor-faktor yang di peroleh masa pertumbuhannya atau di bawa sejak
kelahirannya, bukan di peroleh melalui keturunan, catata yang demikian tidak
menuntukan suatu pertumbuhan tertentu. Dengan singkat dapat lah kita katakan
semua yang di bawa oleh si anak sejak di lahirkan adalah di terima karena kelahirannya,
jadi memang adalah pembawaan. Tetapi, pembawaan itu tidaklah semuanya di
peroleh karena keturunan. Sebaliknya, semua yang di peroleh karena keturunan
dapat di katakan pembawaan atau lebih tepat lagi permbawaan-keturunan.
Dengan
demikian dibawa sejak lahir).Dengan singkat dapatkah kita katakan, semua yang
dibawa oleh sianak sejak dilahirkan adalah diterima karena kelahirannya, jadi
memang adalah pembawaan.Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena
keturunan.Sebaliknya semua yang diperoleh karena keturunan dapat dikatakan
pembawaan, atau lebih tepat lagi pembawaan keturunan.
3.
Pembawaan
dan Bakat
Sebenarnya kedua istilah itu pembawaan dan bakat adalah dua
istilah yang sama maksudnya. Umum dalam buku-buku ilmu jiwa kita dapati kedua istilah
itu digunakan sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan
(aanleg). Jika untuk mengganti kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat
di gunakan sama-sama dengan maksud yang sama pula, sebenarnya hal itu tidak di
perlukan disini tetapi, pengalaman sehari hari memaksa penulis untuk memikirkan
apakah yang di maksud dengan kedua kata itu dan bagaimana perbedaannya. Titik
berat perbedaannya terletak pada luas pengertian yang satu mengandung
pengertian yang lebih luas dari pada yang lain. Dengan contoh berikut:
1. Si A
berpembawaan musik dapat juga di katakan si A berbakat musik
2.
Si X
berpembawaan ilmu pasti dapat juga di katakan si X berbakat ilmu pasti
akan tetapi:
3.
Si B berpembawaan rambut ikal janggal
jika di katakan si B berbakat rambut ikal
4. Si Y
berpembawaan badan tinggi janggal jika di katakan si Y berbakat badan tinggi
Dari contoh tersebut dapatlah kita katakan bahwa kata
bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti
kecakapan pembawaan yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi
tertentu).
4. Lingkungan
a. pengertian dan macam lingkungan
Sartian
(seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa apa yang di maksud
dengan lingkungan meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan kita,
kecuali bakat yang di bawa sejak lahir/ gen-gen. Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang
sebagai menyiapkan lingkungan (to provide envroment) bagi gen yang lain.
Menurut definisi yang luas ini ternyata dalam lingkungan
kita atau di sekitar klita tidak hanya dapat sejumlah faktor pada suatu saat,
tetapi terdapat pula faktor-faktor lain
yang banyak sekali secara potensial sanggup atau dapat mempengaruhi
perkembangan dan tingkah laku kita.
Akan tetapi, lingkungan kita yang aktual hanya lah
faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita, yang benar-benar secara langsung
mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku kita sartain membagi lingkungan
menjadi tiga bagian yaitu lingkungan alam atau luar, lingkungan dalam, dan
lingkungan sosial.
b. bagaimana individu berhubungan dengan lingkungan
Allport
merumuskan kepribadian manusia itu sebagai berikut: Kebribadian adalah
organisasi dinamis dari sistem pskofisik dalam individu yang turut menentukan
cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungann
Comments
Post a Comment