Masa Kanak-kanak Akhir
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak
usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret
Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek –
objek peristiwa nyata atau konkrit. Masa ini berlangsung pada masa kanak-kanak akhir. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan
untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam
keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur –
angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif
dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah
yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat,
sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar. Dalam masa ini, anak
telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu
:
A. Negasi (Negation), yaitu pada
masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara benda atau
keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
B. Hubungan Timbal Balik (Resiprok),
yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
C. Identitas, yaitu anak sudah mampu
mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi
yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan
tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak
telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk
melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
o
KEMAJUAN KOGNITIF
ü Pemikiran
spasial
Contoh :
Dani dapat menggunakan peta atau model untuk membantunya mencari objek
tersembunyi dan dapat memberikan arah untuk menemukan benda tersebut kepada
orang lain. Dia dapat menemukan jalan ke sekolah dan pulang ke rumah, dapat
memperkirakan jarak, dapat menilai berapa waktu yang dibutuhkan untuk pergi
dari satu tempat ke tempat yang lain.
ü Sebab
akibat
Contoh :
Doni mengetahui atribut fisik objek mana yang akan memengaruhi hasil (misalnya,
jumlah objek berpengaruh sedangkan jumlah warna tidak). Tetapi dia belum
mengetahui faktor spesial mana seperti posisi dan penempatan objek, yang
membuat perbedaan.
ü Klasifikasi
Kemampuan
mengategorisasi membantu anak untuk berpikir secara logis. Contoh : elena dapat
memilah objek ke dalam beberapa kategori, seperti bentuk, warna, atau keduanya.
Dia mengetahui bahwa subkelas (mawar) memiliki anggota yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kelas yang menjadi induknya (bunga).
ü Seriasi
dan kesimpulan transitif
Kemampuan
untuk mengenali hubungan antara dua objek dengan mengetahui hubungan antara
masing-masing objek tersebut dan objek ketiga. Contoh : nina dapat mengatur
kumpulan tongkat sesuai urutan, dari yang paling pendek ke yang paling panjang,
dan dapat memasukkan tongkat berukuran menengah ke tempat yang tepat. Dia
mengetahui apabila satu tongkat lebih panjang dibandingkan tongkat kedua, dan
tongkat kedua lebih panjang dari tongkat ketiga, maka tongkat pertama lebih
panjang dari tongkat ketiga.
ü Penalaran
induktif dan deduktif
Penalaran
induktif merupakan tipe penalaran logis yang bergerak dari yang observasi
khusus terhadap anggota kelas hingga mencapai kesimpulan tentang kelas
tersebut. Dan penalaran deduktif merupakan tipe penalaran logis yang bergeneral
dari premis umum tentang sebuah kelas kepada sebuah kesimpulan tentang anggota
tertentu atau beberapa anggota dari kelas tersebut. Contoh : Dara dapat
memecahkan masalah induktif maupun deduktif dan mengetahui bahwa kesimpulan
induktif (yang didasarkan pada beberapa premis tertentu) memiliki tingkat
kepastian yang lebih rendah dibandingkan dengan kesimpulan deduktif (didasarkan
kepada premis umum).
ü Konservasi
Dalam memecahkan berbagai masalah konservasi, anak-anak yang
berada dalam tahap operasi konkret dapat mencari jawabannya dalam kepala
mereka: mereka tidak harus mengukur atau menimbang objek tersebut. Contoh :
Pada usia 7 tahun, Andre mengetahui apabila bola tanah liat digulung menjadi
bentuk sosis, maka ia memiliki jumlah tanah liat yang sama (konservasi
substansi). Pada usia 9 tahun, dia mengetahui bahwa berat bola dan sosis sama.
Baru pada usia awal remaja, dia mengetahui bahwa keduanya meluberkan jumlah
cairan yang sama jika keduanya diletakkan dalam segelas air.
o
POKOK BAHASAN KOGNITIF
A. Perkembangan Memori
Cara otak menyimpan informasi dipercaya bersifat universal,
walaupun efisiensi dari sistem tersebut bervariasi dari orang ke orang
(Siegler, 1998). Model pemrosesan informasi menggambarkan otak memiliki tiga
“gudang”, yaitu:
1.
Memori sensoris (sensory
memory) adalah
sistem penyimpanan awal “tangki penampungan” sementara bagi informasi sensoris
yang masuk. Ingatan sensoris menunjukkan sedikit perubahan berkaitan dengan
usia; sebagaimana yang telah kita saksikan, bayi pun memilii ingatan sensoris.
2.
Memori kerja (working
memory) adalah
sebuah “gudang” jangka pendek bagi informasi yang sedang dikerjakan oleh
seseorang pada saat ini; dan informasi tersebut adalah informasi yang berusaha
untuk dipahami, diingat, atau dipikirkan.
3.
Memori jangka panjang (long-term
memory) adalah
sebuah “gudang” dengan kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, yang
menyimpan informasi dalam jangka waktu yang lama.
ü Metamemori:
Memahami memori
Antara anak usia 5 dan 7 tahun, lobus frontal mengalami
perkembangan signifikan dan reorganisasi, memungkinkan peningkatan pemanggilan kembali
dan metamemori, pengetahuan tentang
proses memori (Janowsky & Carper, 1996). Anak-anak TK dan tingkat pertama
mengetahui bahwa orang akan mengingat lebih baik jika mereka belajar lebih
lama, orang akan melupakan sesuatu seiring dengan berjalannya waktu, dan akan
lebih mudah untuk mempelajari kembali sesuatu yang telah dipelajari daripada
mempelajarinya untuk pertama kali.
ü Mnemonik:
Strategi untuk Mengingat
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah
berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak
peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk
mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan teknik untuk
membantu ingatan (strategi mnemonik) yang digunakan untuk meningkatkan memori.
Terdapat 4 macam strategi mnemonik, yaitu:
a. Bantuan memori eksternal :
Terpancing oleh sesuatu dari luar orang tersebut.Pada anak usia 5 dan 6
tahun dapat melakukan hal ini, tetapi yang berusia 8 tahun lebih sering
berpikir untuk melakukannya. Contoh : Roni membuat daftar yang harus dia
lakukan hari ini.
b. Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan
memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan. Pada anak usia 6 dan 7 tahun dapat diajari
untuk melakukan hal ini, anak usia 7 tahun melaksanakannya secara spontan. Contoh
: tim berulang-ulang menyebutkan huruf dalam kata ejaannya sampai dia
mengetahuinya.
c. Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian
sesuatu yang digunakan untuk mesningkatkan memori. Sebagian besar anak tidak dapat melakukan hal ini sampai mereka berusia
10 tahun, tetapi anak yang lebih muda dapat diajari melakukannya. Contoh :
anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana
mereka duduk dalam satu kelas.
d. Elaborasi
: mengasosiasikan item yang akan
diingat dengan sesuatu yang lain seperti frasa, scene, atau cerita. Anak yang
berusia lebih tua lebih sering melakukan ini secara spontan dan mengingat lebih
baik apabila mereka membuat asosiasi mereka sendiri; anak yang lebih muda akan
mengingat lebih baik apabila ada orang lain yang membuatkannya untuk mereka. Contoh
: Yolanda mengingat garis nada musik (E,G,B,D,F) dengan mengasosiasikannya
dengan frasa “Every good boy does fine”.
B. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan pemikiran kritis yaitu pemahaman atau refleksi
terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap
terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari
berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
C.
Perkembangan
Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
D.
Perkembangan
Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus
berlanjut. Perkembangan bahasa pada usia sekolah yaitu antara lain:
ü Aspek
pada penggunaan bahasa adalah narasi dan percakapan. Umumnya pada usia ini, tugas komunikasi
menjadi kompleks dan sulit , sehingga anak-anak usia ini mengalami kesulitan
untuk memahami perasann orang lain, lalu anak usia 5-6 tahun cenderung kurang
mampu mengkomunikasikan informasi dari anak yang lebih tua, jadi informasi yang
abstrak belum mampu dikomuikasikan pada anak-anak.
ü Meningkatnya jumlah pembendaharaan
dan spesifikasi definisi.
Dalam masa pertumbuhan pemahaman kata
dan hubungannya berlangsung terus menerus, sehingga mereka dapat memperkaya
perbendaharaan katanya lebih banyak melalui bacaan-bacaan yang sifatnya
konstekstual, peningkatan tersebut mungkin setelah kelas empat SD. Namun
walaupun terjadi peningkatan perbendaharaan kata tidak selalu anak dapat
memahami makna suatu kata atau kalimat. Karena, dapat terjadi bila anak tidak
menguasai perbendaharaan dari semua kata di dalam kalimat, tapi anak itu dapat
memahami makna kata atau kalimat secara tepat. Sebaliknya, anak yang menguasai
arti dari seluruh kata dalam suatu kalimat tertentu tidak dapat memahami makna
kata atau suatu kalimat. Untuk itu dalam memaknai suatu kata ataupun kalimat
diperlukan lebih banyak kemampuan menjustifikasi suatu kata atau kalimat
daripada sekedar mengetahui arti kata.
Comments
Post a Comment