Pengembangan



A Pengembangan
1.        Definisi Pengembangan
Pengembangan pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam pengembangan pendidikan, secara umum dapat diberikan dua buah model pengembangan yang baru yaitu: Pertama "top-down model" yaitu pengembangan pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan atau atasan yang diterapkan kepada bawahan, seperti halnya pengembangan pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasinal selama ini. Kedua "bottom-up model" yaitu model pengembangan yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 “pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang pernah ada, atau menghasilkan teknologi baru”. Pengembangan secara umum berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan (evolution) dan perubahan secara bertahap.
Menutur Sheels dan Richey (Alim Sumarno, 2012) pengembangan berarti proses penerjemahan atau menjabarkan spesifikasi rancangan ke dalam bentuk fitur fisik. Pengembangan secara khusus berarti proses menghasilkan bahan-bahan pembelajaran. Sedangkan menurut Teesmer dan Richey (Alim Sumarno, 2012) pengembangan tidak hanya memusatkan perhatiannya pada analisis kebutuhan, tetapi juga isu-isu luas tentang analisis awal-akhir, seperti analisis kontekstual. Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji lapangan.
Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan diri kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal serta pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo, 2011).
Abdul Majid mendefinisikan pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi siswa. Pengembangan pembelajaran hadir didasarkan pada adanya perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah membawa perubahan di hampir semua  aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan  dengan upaya penguasaan dan peningkatan  ilmu pengetahuan dan  teknologi Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan pembelajaran hadir  juga didasarkan pada adanya sebuah kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anak-anaknya semakin meningkat, sekolah yang berkualitas  semakin dicari, dan sekolah yang mutunya rendah semakin ditinggalkan. Orang tua tidak peduli apakah sekolah negeri ataupun swasta. Kenyataan ini terjadi hampir disetiap kota di Indonesia, sehingga memunculkan sekolah-sekolah unggulan di setiap kota.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses belajar mengajar di ruang kelas telah pula banyak menarik perhatian para peneliti dan praktisi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, pengembangan pembelajaran perlu digalakkan, sehingga dapat diketahui secara nyata, apa, mengapa dan bagaimana upaya-upaya yang seharusnya dilakukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang diharapkan. 
Dengan denikian pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar dapat mencapai hasil yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan menuju pembelajaran yang berkualitas.  Asumsi penulis, dalam hal ini adalah (a) pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pembelajaran; (b) keberhasilan pembelajaran dapat terwujud jika ditentukan oleh kualitas manajemennya. Semakin baik kualitas pengelolaan pembelajaran, semakin efektif pula pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuannya; dan (c) pengelolaan pembelajaran yang efektif mempersyaratkan adanya kemampuan menciptakan, mempertahankan dan memperbaiki pembelajaran, baik yang dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Jadi pengembangan adalah upaya sadar untuk memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan diri kea rah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
2.        Konsep Pengembangan pembelajaran
Merujuk pada pengertian pengembangan pembelajaran, maka konsep pengembangan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu:
a.     Pengembangan pembelajaran sebagai teknologi artinya suatu pembelajaran yang lebih terdorong dengan menggunakan teknik-teknik, metode, dan pendekatan yang dapat mengembangkan tingkah laku kongnitif dan teori-teori yang konstruktif terhadap solusi dan problem pembelajaran.
b.    Pengembangan pembelajaran sebagai suatu system artinya sebuah susunan dari sumber-sumber dan prosesdur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran. Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan pembelajaran.
c.     Pengembangan pembelajaran sebagai sebuah disiplin artinya cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang strategi pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
d.    Pengembangan pembelajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitasnya.
e.     Pengembangan pembelajaran sebagai teknologi artinya suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang dapat mengembangkan tingkahlaku kongnitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem pengajaran.
Dengan mengacu kepada sudut pandang tersebut, maka pengembangan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Pengembangan pembelajaran sebagai sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, system dan teknologi pembelajaran bertujuan agar pengembangan pengajaran berjalan dengan efektif dan efesien.
3.        Dimensi-dimensi pengembangan pembelajaran
a.     Singnifikansi. Tingkat singnifikasi tergantung pada tujuan pendidikan yang diajukan dan singnifikansi dapat ditentukan berdasarkan kreteria-kreteria yang dibangun selama proses pembelajaran.
b.    Fleksibilitas. Artinya pengembangan pembelajaran harus disusun berdasarkan pertimbangan realistis baik yang berkaitan dengan biaya maupun pengimplementasianya.
c.     Relevansi. Konsep relevansi berkaitan dengan jaminan bahwa pengembangan pembelajaran memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik pada waktu yang tepat agar dapat dicapai tujuan spesifik secara optimal.
d.    Kepastian. Konsep kepastian minimum diharapkan dapat mengurangi kejadian-kejadian yang tidak terduga.
e.     Ketelitian. Prinsip utama yang perlu diperhatikan ialah agar pengembangan pempelajaran disusun dalam bentuk yang sederhana, serta perlu diperhatikan secara sensitif kaitan-kaitan yang pasti terjadi antara berbagai komponen.
f.     Adaptabilitas. Diakui bahwa pengembangan pembelajaran bersifat dinamis, sehingga senantiasa perlu mencari informasi sebagai umpan balik. Penggunaan berbagai proses memungkinkan pembelajaran yang fleksibel atau adaptable dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.
g.    Waktu, factor yang berklaitan dengan waktu cukup banyak, selain keterlibatan perencanaan dalam memprediksikan masa depan, juga validasi dan reliabilitas analisis yang dipakai, serta kapan untuk menilai kebutuhan kependidikan masa kini dalam kaitanya dengan masa mendatang.
h.    Monitoring merupakan proses mengembangkan criteria untuk menjamin bahwa berbagai komponen bekerja secara efektif.
i.      Isi pembelajaran, artinya dalam isi pembelajaran merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan. Dalam pembelajaran yang baik perlu memuat:
1)        Tujuan apa yang diinginkan, atau bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan pendukungnya.
2)        Bagaimana cara mengorganisasi aktivitas belajar dan layanan-layanan pendukungnya.
3)        Tenaga manusia, yakni mencakup cara-cara mengembangkan prestasi, spesialisasi, prilaku, kompetensi maupun kepuasan siswa.
4)        Konteks sosial atau elemen-elemen lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengajaran.
4.        Langkah-langkah pengembangan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri.  Berkaitan dengan hal tersebut Majid yang merujuk Puskur mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran perlu:
a.    Berpusat pada peserta didik.
b.    Mengembangkan kreativitas peserta didik.
c.    Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang.
d.   Bermuatan nilai, estetika, etika, logika dan kinestetika.
e.    Menyediakan pengalaman belajar yang beragam. 
Untuk itu hendaknya kegiatan belajar mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan saja yang akan lahir kejenuhan baik bagi siswa maupun guru, sehingga motivasi dan prestasi belajar dan mengajar sulit untuk ditingkatkan. Oleh karenanya langkah baru yang harus ditempuh adalah bagaimana dapat mengubah paradigma tentang belajar dan mengajar, sehingga proses belajar menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Adapun langkah-langkah pengembangan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan Stanly Elam adalah sebagai berikut:
a.    Langkah Pertama, spesifikasi asumsi-asumsi atau preposisi-preposisi yang mendasar artinya pengembangan pembelajaran harus didasarkan pada asumsi yang jelas, hal ini dikarenakan dunia pendidikan dewasa ini lebih cendrung kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang dan itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita.
b.    Langkah Kedua, mengidentifikasi kompetensi Dalam penyusunan pengembangan pembelajaran perlu memperhatikan kompetensi dasar yang akan diajarkan. Untuk mengetahui penguasaan dan pendalaman cakupan kemampuan dasar, dapat digunakan jaringan topik atau tema atau konsep. Kompetensi dasar yang terlalu luas dalam cakupan materinya perlu dijabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran. Sedangkan kompetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan kedalam satu pembelajaran. Kompetensi-kompetensi harus dijabarkan secara khusus dan telah difalidasikan serta di tes sejauh mana kontribusinya terhadap keberhasilan dan efektivitas belajar mengajar. Hasil penelitian seringkali ikut membantu dalam mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan. Untuk dapat menidentifikasi kompetensi, kita dapat menggunakan beberapa model pendekatan, diantaranya:
1)        Pendekatan analisis tugas (task analisy) untuk menentukan daftar kompetensi. Berdasarkan analisis tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru di sekolah sebagai tenaga professional, yang pada gilirannya ditentukan kompetensi-kompetensi apa yang diperlukan.
2)        Pendekatan the need of school leaner (memusatkan pada kebutuhan-kebutuhan siswa di sekolah) langkah pertama dalam pendekatan ini adalah bertitik tolak dari ambisi, nilai-nilai dan pandangan para siswa. Hal ini menjadi landasan dalam mengidentifikasi dalam kompetensi. Jadi pendekatan ini berdasarkan asumsi bahwa terdapat hubungan yang erat sekali antara persiapan guru dan hasil yang diinginkan siswa.
3)        Pendekatan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Dengan mengspesifikasikan kebutuhan masyarakat terutama masyarakat sekolah maka selanjutnya disusun program pendidikan. Pendekatan ini berdasarkan asumsi, bahwa pengetahuan masyarakat yang nyata dan penting itu dapat diterjemahkan menjadi program sekolah para siswa yang pada gilirannya dituangkan dalam program pembelajaran.
c.    Langkah Ketiga, mengambarkan secara spesifik kompetensi-kompetensi. Artinya kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan lebih diperkhusus dan dirumuskan menjadi explicit dan dapat diamati. Selain itu dipertimbangkan masalah target populasinya dalam kontek pelaksanaannya, hambatan-hambatan program, waktu pelaksanaan dan parameter sumber.
d.   Langkah Keempat, menentukan tingkat-tingkat kreteria dan jenis assement Menentukan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian kompetensi. Hal ini sangat penting dalam pengembangan program pembelajaran dimana kompetensi itu bersifat kompleks dan mengandung variable yang cukup sulit untuk dinilai. Untuk itu harus disusun beberapa seperangkat indicator didalam mengukur kompetensi. Tersedianya berbagai alternative penilaian yang disiapkan oleh guru menunjukkan kesiapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
e.    Langkah Kelima, pengelompokan dan penyusunan tujuan pengajaran artinya dalam pengajaran desain intruksional sangat penting dalam rangkan memudahkan siswa dalam mengikuti kegiatan prosses belajar mengajar. Penyusunan tujuan pengajaran ini hendaknya ditawarkan kepada siswa karena karena pembelajaran yang terjadi nanti bukan milik guru semata, akan tetapi milik bersama (murid-guru).
f.     Langkah Keenam, desain strategi pembelajaran artinya keberhasilan menggunakan strategi instruksional tergantung pada kreativitas, kepandaian, kecakapan dan keahlian, pengembangnya (guru). Disini guru bentul-betul dituntut untuk mempunyai kemampuan sebagai pendidik, pemimpin, motivator, dan memenajemen siswa.
g.    Langkah ketujuh, mengorganisasikan system pengelolaan artinya mengigat belajar adalah merupakan proses bagi siswa dalam membagun gagasan atau pemahaman sendiri, maka kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal tersebut dengan lancer dan penuh motivasi. Suasana belajar yang diciptakan oleh guru harus melibatkan siswa secara aktif, mengatami, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan dan sebagainya.  Menghargai usaha siswa walaupun hasisnya belum memuaskandan menantang siswa sehingga berbuat dan berfikir merupakan contoh strategi yang memungkinkan siswa menjadi pelajar seumur hidup. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka sangat diperlukan praktik pengelolaan dan system pengelolaan yang didesain dengan cermat.
h.    Langkah ke delapan, melaksanakan percobaan program artinya program yang telah disusun secara sistematis perlu di uji cobakan. Percobaan program dilakukan terhadap bagian-bagian dari program itu atau semacam prototype tes dan hendaknya dilakukan terlebih dahulu dalam sekala kecil. Tujuan program ini adalah untuk mengetes efektivitas strategi instruksional; seberapa besar diperlukan tuntutan-tuntutan program; ketepatan alat atau jenis penilaian yang digunakan; dan efektivitas system pegelolaan.
i.      Langkah ke Sembilan, menilai desain pembelajaran artinya pelaksanaan terhadap sebuah desain instruksional, lazimnya menyangkut empat aspek yaitu: validasi tujuan dalam hubungan dengan peranan pendidik yang diproyeksikan, tingkat-tingkat kreteria dan bentuk-bentuk assessment. System instruksional dalam hubungannya dengan hasil belajar, pelaksanaan organisasi dan pegelolaan dalam hubungan dengan hasil tujuan.
j.      Langkah sepuluh, memperbaiki program artinya setiap program pengembangan pembelajaran sesunguhnya tidak pernah tersusun dengan kondisi sempurna, Akan tetapi masih terbuka untuk perbaikan dan perubahan berdasarkan umpan balik dari pengalaman-pengalaman. Dalam rangka itu, pengembangan pembelajaran dilakukan berdasarkan pendekatan kompetensi yang menekankan pada efektif, efesien, dan ketempatan.

Comments