Prosedur Pengumpulan Data dalam Penelitian


A.  Prosedur Pengumpulan Data
Dalam Pengumpulan data, peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu studi obeservasi, wawancara dan dokumentasi.
1.    Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu dan memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan kelas, (Sugiyono, 2015:27). Menurut Hopkins (dalam Sugiyono, 2015: 27), wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain.
Wawancara (interview) adalah tekknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data, (Sugiyono, 2015: 27).Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden, (Sugiyono, 2015: 27).
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapaa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu : pewawancara, repondens, pedoman wawancara, dan situasi wawancara (Sugiyono, 2015: 27).
Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpilan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanankan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Adakalanya juga wawancara dilakukan untuk menghimpun data dari kelompok seperti wawancara dengan suatu keluarga, pengurus yayasan, Pembina pramuka, dan lain sebagainya (Sugiyono, 2015: 27).
Wawancara yang ditujukan untuk memperoleh data dari individu dilaksanakan secara individual.  Pewawancara adalah petugas pengumpul informasi yang diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi yang dibutukan dengan benar. Responden adalah pemberi onformasi yang dibutuhkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap, dalam pelaksanaan wawancara, diperlukan ketersedian dari responden untuk menjawab pertanyaan dan keselarasan antara responden dan pewawancara.
Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan bisa mencangkup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variable-variabel yang dikaji dalam penelitian. Bentuk pertanyaan atau pertanyaan dalam pedoman wawancara juga bisa berstruktur, suatu pertanyaan atau pernyataan umum diikuti dengan pertanyaan atau pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai.
Semua wawancara ini berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan wawancara yang tidak tepat dapat menjadikan pewawancara merasa canggung untuk mewawancarai dan responden pun merasa enggan untuk menjawab pertanyaan. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi (Sugiyono, 2015: 28):
a.    Wawancara terpimpin. Dalam wawancara ini pertanyaan diajukan menurutt daftar pertanyaan yang telah disusun.
b.    Wawancara bebas. Pada wawancara ini, terjadi Tanya jawab bebas menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancra ini adalah responden tidak menyadi sepenuhnya bahwa ia sedang di wawancarai.
c.    Wawancara bebas terpimpin. Wawancara ini merupakan perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin, dalam pelaksanaanya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan dintanyakan.
Wawancara banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, dan dapat dikatakan sebagai teknik pengumpulan data utama. Dalam penelitian kualitatif tidak disusun dan digunakan pedoman wawancara yang sangat rinci. Bagi peneliti yang sudah berpengalaman pedoman wawancara ini hanya berupa pertanyaan poko atau pertanyaan ini saja dan jumlahnya pun tidak lebih dari 7 atau 8 pertanyaan. Dalam pelaksanaan wawancara, pertanyaan-pertanyaan terssebut dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisinya.
Dalam pembuatan catatan hasil wawancara, selain dicatat jawaban atau respon-respon dari reponden yang langsung berhubungan dengan pertanyaan, juga dicatat reaksi-reaksi lainya baik yang dinyatakan verbal maupun non verbal. Juga perlu dibuat catatan-catatan khusu atau interprestassi langsung sesat dari pewawancara terhadap jawaban, respon maupun reaksi tertentu yang penting atau perlu mendapat perhatian dari peneliti. Pencatatan hal-hal tersebut dapat dibuat di samping catatan utama, kalau mungkin dengan warna tinta yang berbeda.
Jadi wawancara adalah sebuah komunikasi dua arah antara pewancara dengan yang diwawancarai sehingga terciptanya sebuah komunikasi yang efektif dan memperoleh hasil wawancara yang efektif guna memecahkan sebuah masalah. Wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara semiterstruktur, yang merupakan jenis wawancara in-depth interview. Hal ini dikarenakan, wawancara ini bertujuan untuk menemukan masalah secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide-idenya (Sugiyono, 2014:233).
2.    Obsevasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia dan fenomena alam (kejadian-kejadian yang di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan partisipasi ataupun non partisipasi. Dalam observasi partisipasi (participatory observation) pengamat ikut serta Dalam kegiatan yang sedang berlangsung, penganat ikut sebagai peserta rapat atau peserta latihan. Dalam observasi non partisipatif (non participatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.
Kedua jenis observasi ini ada kelebihan dan kekuranganya. Kelebihanya observasi partisipatif adalah individu-individu yang diamati tidak tahu bahwa mereka sedang di observasi sehingga situasi dan kegiatan akan berjalan lebih wajar. Adapun kelemahan dari observasi partisipatif, pengamat harus melakukan dua kegiatan sekaligus, ikut serta dalam kegiatan di samping melakukan pengamatan. Dalam kegiatan-kegiata yang tidak menuntut peran aktif seluruh peserta kedua kegiatan dapat dilakukan secara baik, tetapi kegiatan yang menuntut peran aktif semua anggota atau peserta, hal itu bukan sesuatu yang mudah.
Butir-buktir kegiatan atau perilaku dalam pedoman observasi yang menggunakan bentuk ceklis atau skala dapat diberi angka sehingga hasilnya dapat dianalisis secara kuantitatif menggunakan analisis statistic. Lincoln dan cuba dalam sanapiah faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk pengumpulan dalam penelitian bidang pendidikan, yaitu :
a.         Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan diilakukan.
b.         Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.
c.         Mengawali atau membuka alur wawancara.
d.        Melangsungkan alur wawancara.
e.         Mengkonfirmasi ikhtiar hasil wawancara dan mengakhirinya.
f.          Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan wawancara.
g.         Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias.
Bias adalah menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subjectif dan tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai (responden) dan situasi dan kondisi pada saat wawancara. Pewawancara yang tidak dalam posisi netral, misalnya ada maksud tertentu, diberi sponsor akan memberikan interprestasi data yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh reponden. Responden akan memberikan data yang bias, bila reponden tidak dapat menagkap dengan jelas apa yang ditanyakan peneliti atau pewawancara. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bias selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang juga telah dikemukakan diatas, sangat mempengaruhi prose wawancara.
Jadi pengamatan (observasi) adalah pengamatan sebuah objek secara langsung untuk melihat kegiatan secara langsung lebih terfokus pada objek disekitar dan mendapatkan hasil yang maksimal yang diperoleh oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan salah satu metode observasi yaitu observasi berstruktur dengan melakukan pengamatan menggunakan pedoman observasi pada saat pengamatan dilakukan. Pengamatan ini dilakukan saat subyek melakukan kegiatan belajar mengajar dan pada saat jalannya wawancara.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di lingkungan sekolah dan di dalam kelas untuk mengamati hal nyata yang sudah dikerjakan kepala sekolah untuk menyelesaikan kendala yang sedang dihadapi dalam proses pencapaian visi, bagaimana kegiatan belajar mengajar, bagaimana sikap pendidik ketika sedang mengajar dikelas, bagaimana respon siswa ketika menerima pelajaran  di kelas, bagaimana cara pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan observasi ini dilakukan berulang kali sampai didapatkan semua data yang diperlukan. Pelaksanaan yang berulang ini memiliki keuntungan dimana responden yang diamati akan terbiasa dengan kehadiran peneliti sehingga responden berprilaku apa adanya.
3.    Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah belalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, dan sketsa lainya. Dokumen yang berbentuk karya misalnya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
Hasil penelitian juga semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Photograps provide strikingly descriptive data, are often used to understand the subjective abd his product are frequenly analyzed inductive. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk dirinya sendiri, sering subjektif.
Jadi dokumentasi adalah berupa foto dan media yang kita temukan dilapangan ketika kita mewawancarai sebuah objek, dokumentasi juga bias mendukung hasil dari observasi dan wawancara lebih tepatnya sebagai bukti bahwa kita sudah melakukan observasi.

Comments